Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kok Bingung? Urusan e-Procurement, Mbizmarket Solusinya!

5 Mei 2019   22:59 Diperbarui: 5 Mei 2019   23:06 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah buku  "Citizen 4.0 : Menjejakkan Prinsip-Prinsip Pemasaran Humanis di Era Digital" yang ditulis oleh Hermawan Kartajaya, salah satu topik bahasan yang menarik bagi saya adalah tentang empat tahapan marketing.

Pada tahap marketing 1.0 dikatakan bahwa pemasar hanya memedulikan produk. Pengetahuan produk pun menjadi modal utama dari pemasar. Dengan demikian, mereka berusaha meyakinkan konsumen dengan berbagai cara tanpa peduli kondisi konsumen.

Berbeda dengan tahap marketing 2.0 yang berhulu pada customer centric. Artinya konsumen menjadi pusat dari segala aktivitas pemasaran. Jadi, pemasar pun didorong terlebih dahulu meneliti keinginan dan kebutuhan konsumen, kemudian merancang produk yang cocok.

Sementara kalau tahap marketing 3.0 dikatakan bahwa produk yang bagus, customer centric, bisa saja menjadi sia-sia kalau pemasarannya tidak dilakukan secara human spirit. Konsumen harus dipandang sebagai manusia yang memiliki pikiran, hati dan semangat.

Nah, bagaimana dengan tahap marketing 4.0?

Marketing 4.0 itu bersifat kekinian, semuanya dikaitkan dengan digitalisasi. Tapi perlu diwaspadai, hakikat kemanusiaan bisa hilang atau berkurang ketika digitalisasi hanya melahirkan kecepatan. Untuk itu, marketing 4.0 tidak boleh lepas dari esensi marketing 3.0 yang tetap memandang sisi kemanusian dari konsumen tersebut.

Kalau kita bicara tentang digitalisasi, tidak bisa dimungkiri bahwa di era ini telah memaksa orang melakukan berbagai interaksi di dunia maya. Termasuk interaksi antara penjual dan pembeli barang, antara penyedia dan pengguna jasa. Salah satu media yang mereka gunakan adalah situs (website).

Permasalahannya, bagaimana kita mengenali bahwa sebuah situs tersebut dapat dipercaya sebagai media interaksi antara penjual dan pembeli barang, antara penyedia dan pengguna jasa? 

Sebab kita tahu sangat banyak situs yang ada di dunia maya. Bahkan bukan sekali dua kali kita mendengar ada kerugian dan ketidakpuasan yang ditimbulkan oleh interaksi di dunia maya tersebut.

Sarannya, kita perlu semakin melek teknologi dan informasi, misalnya perlu mengenali situs terpercaya yang memiliki reputasi yang baik dalam mendukung interaksi penjual dan pembeli  barang, penyedia dan pengguna jasa dari dunia maya. Sehingga kedua belah pihak terhindar dari kerugian yang mungkin terjadi.

Untuk itu, beberapa hal berikut yang bisa menjadi bahan perhatian kita, apakah situs tersebut memiliki identitas yang jelas, mudah tidaknya melakukan interaksi dengan pengelola atau pengguna lain, terdapat testimoni yang bisa dipercaya, kemudian apakah situsnya memiliki domain gratisan? Tentu masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun