Sejak aku kecil, nama Bank Tabungan Negara (BTN) sudah tidak asing lagi di telingaku. Bahkan aku sering mendengar BTN selalu diidentikkan dengan perumnas. Misalnya, ketika bertanya ke teman, tinggal dimana? Tidak sedikit yang menjawab di perumahan BTN. Padahal maksud mereka sebenarnya adalah tinggal di perumnas. Seolah di mata mereka perumnas itu adalah BTN dan BTN itu adalah perumnas.
Mengapa bisa begitu?
Mungkin karena BTN sejak dulu telah menjadi bank yang mendanai Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi masyarakat kecil dan menengah yang jumlahnya mayoritas di Indonesia. Kalau melihat sejarahnya, BTN memang  telah ditunjuk pemerintah menjadi satu-satunya institusi yang menyalurkan KPR bagi masyarakat menengah ke bawah sejak tahun 1974.
Aku sendiri tidak pernah berpikir, kalau puluhan tahun kemudian akhirnya turut juga bersahabat dengan BTN. Bukan saja karena menjadi nasabah. Tapi ada hubungan yang lebih spesial, yakni urusan dengan kepemilikan rumah yang menjadi dambaanku setelah menikah.
Aku akhirnya bisa bernafas lega. Keluarga kecilku akhirnya bisa mengakhiri status sebagai "kontraktor" yang selalu nomaden. Â Alias, tidak lagi mengontrak rumah dan berpindah-pindah.
Aku tidak menyangka memiliki rumah secepat itu. Apalagi dengan kondisi keuangan yang masih labil. Pada waktu itu aku dan istri hanya memiliki uang Rp. 12 juta saja. Mana cukup buat beli rumah? Untunglah ada KPR BTN menjadi solusi bagi keluargaku. Sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Walau rumah yang kami beli tergolong tipe yang kecil, tapi sudah milik sendiri.
Kisah itu sebenarnya berawal ketika aku dan istri berkunjung ke rumah keluarga teman. Singkat cerita, aku dan istri mendengar bahwa mereka telah membeli rumah di Kota Bekasi Timur. Perumahan tersebut posisinya strategis karena tidak jauh dari akses tol, sehingga memudahkan ke luar dari perumahan.
Mereka juga tidak lupa menceritakan bahwa untuk urusan KPR tidak perlu khawatir, pengembang telah bekerjasama dengan pihak BTN yang telah memiliki pengalaman di bidangnya. Sehingga tidak perlu diragukan lagi dengan kinerjanya. Prosesnya tidak begitu rumit dan tidak pakai lama, yang penting berkas-berkas dan persyaratannya telah lengkap ketika pengajuan. Begitulah mereka meyakinkan kami.
Tidak sabar rasanya meninjau ke perumahan dan mencari informasi yang lebih detail ke kantor pemasarannya. Ternyata setibanya di sana, aku dan istri ternyata langsung jatuh cinta dengan lokasinya yang strategis.