Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sukacita Natal Menjadi Penyemangat Tahun Baru

1 Januari 2019   21:27 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:37 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Detik-detik menjelang tahun baru, sebuah instagram media online menayangkan quote yang pernah aku tuliskan di pertengahan Desember lalu.

Adapun Quote yang saya maksudkan seperti yang ditampilan berikut,

 "Natal bukan bicara tanggal, tapi bicara menanggalkan kemewahan dan keangkuhan hidup, demi meneladani Yesus".

Lahirnya ide quote ini didasari dengan pemandangan akan kemewahan dalam merayakan natal di beberapa tempat. Padahal natal itu sesungguhnya menggambarkan kesederhanaan seperti pada proses lahirnya Bayi Yesus sekitar 2000 tahun yang lalu.

Dalam hal ini, saya tidak anti dengan perayaan natal yang mungkin menelan biaya yang besar. Tapi apakah motivasi sesesorang atau sekelompok orang untuk merayakan natal tersebut? Itu yang penting.

Jikalau hal itu semata untuk sarana penonjolan diri, memuaskan hasrat, atau menampilkan kelas sosial yang kita sandang. Itu perlu menjadi bahan perenungan dan pertimbangan kembali.

Marilah kita jadikan keteladanan Yesus dalam kesederhanaanya ketika kita ingin memuji dan memuliakan namaNya melalui perayaan natal tersebut.


Nah, saat ini orang sudah tidak sibuk lagi membicarakan dan merayakan natal. Hari ini sudah memasuki tahun yang baru.

Tetapi hakikat natal itu sendiri adalah tentang kelahiran Yesus, lahir di hati setiap orang yang meyakininya. Dengan demikian, momen itu sesungguhnya bukanlah semata dirayakan di bulan Desember saja. Tapi kapanpun Yesus harus tetap lahir di hati orang yang meyakininya, tidak mengenal batasan bulan. Sehingga natal itu bermakna hingga kapan pun. 

Bukan seperti pohon terang yang hadir hanya di masa-masa perayaan natal saja. Setelah itu, disimpan kembali.

Sekarang apakah relevansi natal tersebut ketika kita memasuki tahun yang baru? 

Marilah sukacita natal tersebut dijadikan sebagai penyemangat bagi kita untuk melayani seperti Yesus. Baik melalui tempat tinggal, komunitas yang kita ikuti, dan di tempat pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari di tahun 2019 ini. 

Kemudian, dengan sukacita natal yang ada di dalam diri kita, menjadikan kita sebagai pembawa damai di mana pun  berada. Dengan demikian, orang di sekitar kita merasakan pelayanan dan damai sejahtera dari kita sebagai representasi dari Yesus yang baru kita rakayakan kelahirannya.

Akhir kata, "Selamat Tahun Baru", selamat menjalaninya. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun