Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merdekakan Generasi "Indonesia Emas" dari Stunting

27 September 2018   07:19 Diperbarui: 27 September 2018   09:35 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id

Anak adalah titipan Tuhan. Kalau ada orangtua menyia-nyiakan anaknya, itu sama saja artinya tidak bertanggung jawab kepada penitip atau tidak menghargai titipan tersebut.

Sementara kalau berbicara tentang perspektif masa depan, maka seorang anak adalah pemimpin di masa yang akan datang. Merekalah yang akan melanjutkan kesinambungan dan keberlanjutan dari sebuah keluarga, masyarakat dan bangsa.

Kalau begitu, sudah selayaknya orangtua, masyarakat dan pemerintah memberikan yang terbaik untuk anak. 

Orangtua yang keseharian bersama dengan anak hendak benar-benar memperhatikan aspek kebutuhan, perlindungan, kesehatan, dan yang lainnya. Sementara masyarakat menjadi tempat yang kondusif bagi anak. Pemerintah sendiri hadir membuat regulasi yang bertujuan melindungi dan memperjuangkan hak anak. Sebab kita tahu bahwa anak  ibarat tunas yang sedang tumbuh dan kelak akan besar dan berbuah. Akan layu kalau tidak dirawat dengan baik. Anak juga ibarat permata yang mahal. Akan hilang diambil zaman ini, kalau tidak dijaga.

Untuk itu, banyak hal yang harus diperhatikan dari seorang anak agar tetap bisa bertumbuh dan berkembang secara sempurna. Baik secara fisik, pikiran dan mental. Dengan demikian, kita berharap anak tersebut tetap sehat, pintar dan berkarakter.

Tetapi antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan) sering ada jurang pemisah. Itulah kenyataan yang terjadi.

Kompleksitas permasalahan keluarga; kesibukan bekerja, kondisi keuangan, hingga kebersihan lingkungan, sering akhirnya menjadikan anak sebagai korban. 

Akhir-akhir ini, salah satu yang menjadi isu penting dan sorotan tentang masalah anak adalah meningkatnya angka stunting. 

Sesungguhnya, apa sih yang dimaksud dengan stunting?

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuhan dan kembang pada anak (baik pertumbuhan fisik maupun otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Nah, sebagai orang tua yang sedang memiliki anak, harusnya benar-benar memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Jika memang memiliki keterbatasan pengetahuan tentang hal itu, atau sedang ragu dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, alangkah baiknya langsung mendatangi dokter (dokter anak) di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Sehingga paham betul tentang pencegahan atau penanganan masalah stunting tersebut.

Sumber infografis : IG @indonesiabaik.id
Sumber infografis : IG @indonesiabaik.id
Ngomong-ngomong, apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab seorang anak mengalami stunting?  

Menurut sebuah informasi terpercaya, stunting tersebut dapat terjadi karena si anak mengalami kekurangan gizi dalam waktu lama. Baik itu sejak janin di dalam kandungan hingga awal kehidupan anak atau 1000 hari pertama kelahiran.

Kemudian, dapat juga terjadi karena seorang Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi atau bahkan di masa kehamilan.

Selain kedua hal tersebut, dapat terjadi karena infeksi pada ibu, kehamilan pada remaja, gangguan mental seorang ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, hipertensi, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, akses sanitasi dan air bersih menjadi menjadi faktor lain yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan untuk melakukan pencegahan stunting tersebut?

Dalam sebuah kesempatan, menteri kesehatan pernah berkata bahwa "Semakin dini kita mencegahnya, sejak remaja perempuan, maka akan semakin baik hasilnya. Perlu perubahan perilaku, karena cegah stunting itu penting"

Untuk hal tersebut, maka peran orangtua begitu penting. Orangtua harus menjadi garda terdepan untuk memperhatikan putrinya yang sudah remaja. Sehingga mereka memiliki pemahaman dan terbentuk kesadaran sejak dini.

Selanjutnya, seorang ibu hamil harus benar-benar memperhatikan nutrisi dan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya. Dengan demikian diharapkan bayi yang lahir beratnya tidak kurang dari 2500 gram dan panjang badan tidak kurang dari 48 cm.

Sementara bagi ibu yang sudah melahirkan atau sedang dalam tahap menyusui harus memastikan untuk memberikan colostrum dari air susu ibu (ASI) dan memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan. Kalau anak tersebut sudah mencapai usia enam bulan, maka orang tua harus mulai memikirkan makanan pendamping dengan gizi yang seimbang. Satu hal lagi, jangan pernah melalaikan pola pengasuhan, lingkungan dan stimulasi pada anak tersebut.

Melawan Stunting Menyelamatkan Masa Depan Bangsa


Berdasarkan pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).

Sementara dari penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.

Dapat dibayangkan dengan angka prevalensi balita stunting yang demikian, hal itu tentunya akan berpengaruh langsung terhadap masa depan bangsa ini. Bahwa akan terjadi penurunan tingkat produktivitas dari generasi penerus bangsa di masa yang akan datang, serta meningkatnya angka ketergantungan hidup.

Kemudian kalau kita melakukan hitungan umur, sesungguhnya anak-anak yang lahir tahun ini akan berumur sekitar 27 tahun di 2045. Saat itu Indonesia telah memasuki sebuah era penting, yaitu era Indonesia Emas (memperingati 100 tahun kemerdekaan bangsa kita). Artinya anak-anak yang lahir sekarang, pada tahun tersebut telah memasuki masa kerja atau bahkan sudah ada yang memiliki peran strategis baik di pemerintahan atau swasta.

Jadi, terbayang bagaimana arti penting generasi yang lahir di masa sekarang, bukan?

Apalagi bangsa kita saat ini sedang gencar-gencarnya mengejar ketertinggalan dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya. Bukan hanya itu, bangsa kita yang sedang diproyeksikan menjadi negara raksasa ekonomi nomor empat dunia di tahun 2050. Sebagai fakta, silahkan menyaksikan video berikut.


Tetapi perlu disadari bahwa dari proyeksi tersebut, ternyata dapat melenceng dan terganggu jika masih terjadi kegagalan menurunkan angka stunting bagi anak-anak yang lahir di zaman sekarang. Sebab kegagalan menurunkan angka stunting, arti kekagagalan meningkatkan kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk itulah, pemerintah sangat serius melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bahkan turun langsung melawan masalah stunting tersebut. Pemerintah paham betul bahwa mempersiapkan kesinambungan SDM itu penting untuk kemajuan sebuah bangsa.


Senada halnya yang pernah disampaikan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bahwa berbicara mengenai stunting (kerdil), bukan hanya membicarakan masalah yang terjadi sekarang, namun upaya pencegahannya dibutuhkan untuk menentukan generasi bangsa Indonesia di masa depan.

sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id
sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id
Membicarakan penanggulangan stunting juga merupakan strategi penting mengingat beberapa tahun mendatang, Indonesia sebenarnya memiliki peluang bonus demografi yang mana saat tersebut generasi muda berjumlah sangat besar.

Menyelamatkan anak sekarang artinya kita juga sedang menyelamatkan kesinambungan generasi penerus bangsa. Dengan demikian, bonus demografi Indonesia tidak perlu dikhawatirkan akan menjadi beban demografi jika pada masa tersebut generasi bangsanya merdeka dari stunting.

Pada akhirnya, mengutip pernyataan Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, "Kalau sumber daya manusianya juga generasinya lemah, maka bangsa itu akan lemah. Kita perlu menyadari bahwa ketahanan nasional dimulai dari ketahanan keluarga”.

Artinya, sejauh mana pun peran pemerintah, tanpa kesadaran dan dukungan keluarga sebagai tempat anak tersebut dilahirkan dan dibesarkan, maka program pengentasan stunting tidak mungkin berhasil. Untuk itu, semua pihak harus serius dalam penanganan masalah tersebut. Termasuk dalam hal ini dukungan swasta dan masyarakat luas. Sehingga anak Indonesia sehat.

Dengan demikian, diharapkan apa yang telah dicita-citakan bangsa ini sejak berdiri, yakni menjadi bangsa adil dan makmur dapat terwujud. Kemudian bangsa Indonesia menjadi negara maju yang disegani oleh dunia.

Sumber Referensi :

http://depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180916/2427924/27924/

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180524/4125980/penyebab-stunting-anak/

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180704/0826366/menkes-cegah-stunting-sedini-mungkin/

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180703/1426360/wapres-jusuf-kalla-bicara-pencegahan-stunting-bicarakan-masa-depan-bangsa/

https://youtube.com/watch?v=KDCksoMkksg

https://youtu.be/FnAeXgstq2c

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun