Menurut sebuah informasi terpercaya, stunting tersebut dapat terjadi karena si anak mengalami kekurangan gizi dalam waktu lama. Baik itu sejak janin di dalam kandungan hingga awal kehidupan anak atau 1000 hari pertama kelahiran.
Kemudian, dapat juga terjadi karena seorang Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi atau bahkan di masa kehamilan.
Selain kedua hal tersebut, dapat terjadi karena infeksi pada ibu, kehamilan pada remaja, gangguan mental seorang ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, hipertensi, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, akses sanitasi dan air bersih menjadi menjadi faktor lain yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Kalau begitu, apa yang harus dilakukan untuk melakukan pencegahan stunting tersebut?
Dalam sebuah kesempatan, menteri kesehatan pernah berkata bahwa "Semakin dini kita mencegahnya, sejak remaja perempuan, maka akan semakin baik hasilnya. Perlu perubahan perilaku, karena cegah stunting itu penting"
Untuk hal tersebut, maka peran orangtua begitu penting. Orangtua harus menjadi garda terdepan untuk memperhatikan putrinya yang sudah remaja. Sehingga mereka memiliki pemahaman dan terbentuk kesadaran sejak dini.
Selanjutnya, seorang ibu hamil harus benar-benar memperhatikan nutrisi dan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya. Dengan demikian diharapkan bayi yang lahir beratnya tidak kurang dari 2500 gram dan panjang badan tidak kurang dari 48 cm.
Sementara bagi ibu yang sudah melahirkan atau sedang dalam tahap menyusui harus memastikan untuk memberikan colostrum dari air susu ibu (ASI) dan memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan. Kalau anak tersebut sudah mencapai usia enam bulan, maka orang tua harus mulai memikirkan makanan pendamping dengan gizi yang seimbang. Satu hal lagi, jangan pernah melalaikan pola pengasuhan, lingkungan dan stimulasi pada anak tersebut.
Melawan Stunting Menyelamatkan Masa Depan Bangsa
Berdasarkan pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).
Sementara dari penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.