Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanamkan Kebiasaan Meneliti Sejak Dini

5 Mei 2018   09:55 Diperbarui: 5 Mei 2018   13:04 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil karya ilmiah siswa. Dokpri

Sungguh menarik membaca tulisan Moazzam Malik, Duta Besar Inggris untuk Indonesia pada kolom opini Kompas cetak hari ini (4/5) hal. 6 yang berjudul "Pembangunan Berbasis Pengetahuan".

Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa pentingnya dikembangkan riset dasar, layaknya di Inggris dan negara-negara maju lainnya.

Sementara itu, riset dasar tersebut dikatakan akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental yang terkait dengan cara kerja suatu hal. Bahkan tanpa riset dasar, tidak akan mungkin ada riset terapan.

Inilah yang menjadi permasalahan pokok bangsa kita. Bahkan Moaazzam mengutip dari laporan UK Royal Society (2015) bahwa Indonesia butuh basis penelitian dasar yang kuat, tidak meloncat langsung pada riset terapan.

Setuju atau tidak dengan tulisan tersebut, kenyataannya memang demikian. Kita memang sudah jauh tertinggal dengan negara maju dalam hal pengembangan riset.

Untuk menyikapi permasalah tersebut, seharusnya apa yang harus kita lakukan? Semua pihak harus bersinergi. Mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, swasta dan pemerintah.

Namun secara sederhananya, bahwa spirit dan ketertarikan dalam meneliti harusnya sudah ditanamkan sejak dini. Untuk itu, kira-kira langkah apakah yang dapat kita dilakukan?

Pertama. Di rumah atau keluarga. Jangan pernah menghalangi keingintahuan anak. Umumnya seorang anak kecil memiliki tingkat penasaran yang tinggi. Atau biasanya ditandai dengan rajin bertanya tentang ini dan itu. Mengapa begini? Mengapa begitu?

Nah, ketika anak masuk tahap ini, orangtua atau orang-orang disekitarnya tidak boleh mematikan semangat bertanya anak tersebut. Orangtua harus menghargai setiap pertanyaan yang ada. Jika orangtua tidak mengetahui jawabannya, ajaklah anak untuk mencari bersama atau bertanya kepada orang yang lebih tahu.

Selanjutnya, orangtua dapat terus mendorong anak agar tetap memiliki keingintahuan yang lebih lagi, sebab keingintahuan tersebut adalah kunci awal dari perkembangan pengetahuan.

Misalnya orangtua bisa mengajak mengamati sesuatu yang ada di sekitar, lalu didiskusikan bersama. Kemudian mengajaknya untuk mengenal suasana baru yang bisa menambah pengalaman dan sebagai objek pengamatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun