Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serangan Umum Versi Dulu dan Sekarang

1 Maret 2018   21:56 Diperbarui: 1 Maret 2018   22:14 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat hari ini (1 Maret), kita mengenang kembali peristiwa 69 tahun yang lalu. Saya yakin ketika kita duduk di bangku sekolah, kita pernah mendengar sebuah peristiwa penting di negeri ini yang diajarkan oleh guru di dalam ruangan kelas, yaitu Serangan Umum 1 Maret.

Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat heroik dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dimana TNI dengan tekad yang kuat ingin merebut kembali ibukota pemerintahan kita, Yogjakarta, yang sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda.

Melalui Serangan Umum 1 Maret tersebut, setidaknya ada beberapa arti pentingnya bagi bangsa kita pada waktu itu.

Pertama, meningkatkan rasa percaya diri dan semangat juang rakyat Indonesia serta TNI yang sedang bergerilya. Kedua, meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada TNI. Ketiga mendukung perjuangan diplomasi. Keempat, mematahkan moral Belanda. Kelima,menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih mampu melakukan perlawanan, dan serangan Umum 1 Maret merupakan buktinya. (Sumber)

Nah, bagi generasi muda sekarang, apa sesungguhnya arti penting peristiwa tersebut tetap kita kenang kembali?

Jika mengutip pernyataan Bung Karno, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah)". Tentunya ajakan tersebut sedang mengajari kita untuk menghargai pengorbanan dari para pejuang. Bahwa bangsa kita sekarang ada, merupakan bagian dari perjuangan, dan bukan diperoleh secara gratisan. 

Untuk itu kita harus belajar tentang jiwa nasionalis dan patriotis yang mereka miliki, sikap rela berkorban dan mengutamakan kepentingan bagi khalayak umum.

Sekarang kita tidak dijajah Belanda lagi. Tapi perlu diingat dan jangan lalai, kita sebenarnya masih dijajah oleh banyak hal. Salah satunya oleh sesama anak bangsa yang masih sering menyebarkan berita kebohongan (hoax). Itu tidak kalah kejinya dengan penjajahan dulu.

Dengan hoax kita akhirnya hidup kita terpecah belah, saling curiga, bermusuhan, saling hujat, dan masih banyak lagi.

Momen perjuangan heroik yang sedang kita kenang hari ini, Serangan Umum 1 Maret, sesungguhnya bisa kita jadikan spirit untuk memerangi hoax. Mari kita merapatkan barisan. Perangi hoax.

Tentu spirit tersebut bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Jangan pernah membuat berita hoax apalagi menyebarkannya. Lebih baik berpikir dua kali sebelum mempercayai sebuah informasi yang bersebaran di media sosia misalnya. Bila perlu, selidiki terlebih dahulu sebelum kita meyakininya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun