Air merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Tetapi ironisnya, manusia sering menyia-nyiakan dan  tidak menghargai air sebagai bagian dari penopang keberlangsungan hidupnya. Lihat saja. Masih ada sungai-sungai disekitar kita dipenuhi sampah, limbah rumahtangga serta industri. Air tanah dieksploitasi habis-habisan tanpa memperimbangkan resiko yang akan muncul sesudahnya. Seolah tidak perlu lagi memikirkan masa depan.
Mengenang Hari Air Dunia (Selasa, 22/03/2016), seharusnya menjadi refleksi dan evaluasi bagi setiap orang. Ditengah-tengah krisis air bersih di berbagai belahan dunia, kita harus lebih prihatin dan mulai berpikir dan bertindak nyata. Bagaimana kita bisa berkontribusi untuk penyelamatan air bersih dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan di rumah dan kantor kita masing-masing.
Tetapi kita bersyukur, ternyata masih banyak orang, kelompok atau organisasi yang masih lantang menyuarakan tindakan penyelamatan air. Ingatlah, ini bukan hanya tugas mereka. Seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama.
Defisit Air Bersih 9.100 Liter/Detik
Dalam acara nangkring Kompasiana dan PALYJA, Senin (21/03/2016), Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service PALYJA) mengatakan bahwa air bersih di Jakarta semakin langka. Dari lebih kurang 13 sungai yang mengalir di Jakarta, hampir semua tidak ekonomis lagi untuk diolah menjadi air bersih. Hal ini disebabkan kebiasaan sebagian masyarakat membuang deterjen dan sampah ke sungai. Sehingga air sungai tersebut telah terkontaminasi deterjen dan amonia.
Sementara air tanah di beberapa wilayah Jakarta sudah tidak aman secara kualitas dan kuantitasnya. Hal ini berdasarkan penelitian BPLHD DKI Jakarta pada tahun 2008. Berdasarkan persentasi kelayakannya, bahwa daerah Jakarta Utara hanya layak dikonsumsi 12%, Jakarta Barat 7%, Jakarta Pusat 9%, Jakarta Selatan 35% dan Jakarta Tinur 30%. Hal ini disebabkan tingkat pencemaran air tanah oleh bakteri E-Coli serta Fecal Coliform yang disebabkan oleh rembesan septic tank dan meresapnya zat kimia, logam, zat pewarna, sabun dan berbagai zat berbahaya lainnya dari industri-industri rumahan.
Terbatasnya sumber air bersih dari air permukaan dan air tanah telah menjadi ancaman serius bagi penduduk Jakarta. Berdasarkan studi PAM Jaya, bahwa tingkat ketahanan air di Jakarta hanya sekitar 3% saja. Hal ini dilihat dari kebutuhan air bersih di Jakarta mencapai 26.100 liter/detik. Sementara kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh kedua operator tersebut hanya 17.000 liter/detik. Itu artinya, Jakarta mengalami defisit air bersih 9.100 liter/detik. Bisa anda bayangkan dengan penduduk Jakarta saat ini sudah lebih dari 10 juta jiwa. Berapa air bersih yang dibutuhkan setiap harinya. Apalagi setiap orang ternyata membutuhkan air 100 liter/hari.
Upaya PALYJA dalam Menanggulangi Masalah Air di Jakarta
Sejak tahun 1997, PAM Jaya telah melakukan kerjasama dengan dua operator pengolahan dan pelayanan air bersih untuk masyarakat Jakarta, yaitu PALYJA dan Aetra. Kedua operator tersebut memiliki wilayah pelayanan masing-masing. PALYJA berada di bagian barat Jakarta, sementara Aetra dibagian timur Jakarta. Sungai Ciliwung merupakan batas wilayah pelayanannya.
Menurut Ibu Meyritha (Corporate Communication and Social Responsibility Division Head) bahwa pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta dalam bentuk kerjasama saja. Segala aset utilitis akan dikembalikan kepada PAM Jaya pada saat kontrak berakhir. Dalam hal ini, kontrak kerjasama yang telah disepakati untuk masa waktu 25 tahun.
Sementara dari sisi pertumbuhan pelanggan PALYJA dari tahun 1998-2015, Ibu Mey juga memaparkan bahwa dari enam kelompok pelanggan yaitu kelompok usaha skala besar, kelompok rumah tangga mewah dan usaha menengah, kelompok rumah tangga menengah dan usaha kecil, kelompok rumah tangga sederhana, kelompok penghasilan rendah dan kekompok sosial, bahwa pelanggan kelompok masyarakat penggasil rendah memiliki peningkatan yang lebih tinggi yakni lebih 571%.
Itu adalah komitmen PALYJA kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan hingga saat ini, telah diupayakan 58 kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. 245 public hydrants untuk melayani 73.500 warga. Bahkan telah mencapai 5000 koneksi GPOBA (Global Partnership on Output Based Aid).