Walaupun saya tergolong tidak begitu aktif menisdi kompasiana seperti penulis kawakan lainnya, tetapi saya jadi saya mendapati banyak akun siluman di Kompasiana.
Akun-akun ini dibuat bukan untuk menulis artikel apapun. Namun hanyak untuk sekadar komentar di akun tertentu yang memuat artikel bersifat politis.
Contohnya, selama hingar bingarnya euphoria pilkada DKI Jakarta, apabila ada artikel yang membela atau menyudutkan pasangan calon tertentu, akan bermunculan komentar baik sinis maupun pembelaan dari akun Kompasiana yang aneh.
Aneh menurut saya karena memiliki ciri-ciri sperti ini…
- Nama pena agak aneh dan terkesan arogan atau sebaliknya merendahkan
- Foto yang dipajang sebatas ilustrasi dan tidak pernah memasang foto dirinya yang asli
- Tidak ada tulisan atau artikel sama sekali di dalam akunnya
Lantas untuk apa membuat akun di Kompasiana? Tentu punya alasan kuat dan strategis bernuansa politis. Jujur saya bangga kalau diberi masukan, dikomentari walaupun itu sinis karena bagi saya, sesederhana apapun ide yang dituangkan akan menjadi pelajaran bagi saya.
Saya simpulkan bahwa mereka-mereka para pemilik akun dengan nama pena yang tidak jelas semata-mata hanya untuk mengkounter artikel yang menyudutkan kelompoknya atau semata dipasang untuk menyudutkan kelompok lain sebagai rival politik.
Menurut saya, menulis adalah aktivitas yang harus dijaga sisi legalitasnya dan juga harus dapat dipertanggungjawabkan konten tulisan yang dituangkan.
Menulis merupakan bagian dari mewarnai sejarah kehidupan. Untuk itu warnailah dengan baik agar bisa dipertanggungjawabkan bila dikemudian hari dipersoalkan isi tulisan kita.
Jadi sebaiknya bagaimana ya mensikapi akun-akun siluman ini? Didiamin saja atau bagaimana? Terima kasih.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H