Saban tahun, setiap tanggal 1 Mei, dunia istirahat dari aktivitas biasanya. Kononnya untuk menghormati para buruh yang selama ini menyumbang devisa kepada negara dengan sebutan May Day.
Para birokrat dan pakar sosial duduk khusuk menyimak masukan tentang kerangka penanganan buruh migran di luar negeri.
Tiga hal yang harus dicatat, dicermati dan dibereskan terkait buruh di luar negeri adalah mekanisme pengiriman, penempatan, dan perlindungan.
Kelompok masyarakat yang tak jarang selalu dipersalahkan karena dilihat sebagai masyarakat marginal. Maka dari itu, kaum buruh selama ini sering dieksploitasi dan haknya juga sering diabaikan bahkan dinistakan.
Seandainya tidak menyumbang devisa besar kepada negara, kira-kira bagaimana sikap dan perlakukan para birokrat kepada kelompok kerja yang satu ini? Bisa dibayangkan dan bisa ditebak dengan pasti apa jawabannya.
Tentang penanganan buruh migran, sangat diperlukan tindakan nyata, cepat dan tepat. Karena menyangkut kebutuhan ekonomi dan masa depan sebuah keluarga. Sementara waktu bergulir cepat, angka migrasi ke luar negeri semakin meningkat drastis.
Mereka telah berjuang bahkan telah memberi tambahan pendapatan bagi para birokkrat yang duduk di singgah sana kekuasaan.
**
Masyarakat harus meiliki empati yang dalam karena saya melihat selama ini seperti untain kata di bawah ini…
Meninggalkan kampung, bukan pilihan yang disukai….
Menuju negeri orang, bukan tujuan yang pasti….