Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Goresan Cinta di Jabal Rahmah

7 Januari 2024   11:22 Diperbarui: 7 Januari 2024   11:30 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan agung dua insan mulia Adam dan Hawa di puncak Jabal Rahmah, Padang Arafah, menjadi simbol kasih sayang semua anak cucu mereka hingga ke akhir zaman. Dalam kisahnya, Adam dan Hawa diturunkan oleh Allah ke bumi, karena melanggar larangan memakan buah khuldi yang ada di dalam surga.

Di suatu siang yang belum lama, dalam cuaca panas terik menyengat kulit, saya menapaki bebatuan yang tersusun secara alami di Jabal Rahmah. Walau cuaca panas Padang Arafah, saya dengan penuh semangat memanjat dari sela-sela batu besar untuk mencapai puncak gunung yang tidak begitu tinggi. Ratusan, bahkan ribuan jamaah dari berbagai penjuru dunia, juga melakukan hal yang sama. Sebenarnya di satu sisi gunung, ada sebentuk tangga batu permanen untuk memudahkan jamaah yang ingin naik ke puncak, tanpa harus bersusah payah memanjat batu besar, karena rawan jatuh.

Di puncak Jabal Rahmah, berdiri tugu berbentuk balok, sekitar empat meter yang ujung atasnya tumpul bak pensil raksasa. Tugu simbol pertemuan dua hamba Allah yang diciptakan langsung oleh Allah dari Surga. Di sekitar tugu Adam dan Hawa, berjubel manusia berbagai ras, mereka berdoa sambil meratap di dinding tugu. Ada yang sibuk menulis namanya dan nama kekasihnya menggunakan spidol, ada juga yang mengisyaratkan menulis dengan telunjuk.

Dok. Pribadi/THS
Dok. Pribadi/THS
Berbagai perilaku dapat  disaksikan. Dan saat saya menapaki bebatuan hingga ke puncak gunung, saya hanya menghayati, bahwa begitu agungnya tempat pertemuan Adam dan Hawa. Sebuah gunung tandus di tengah-tengah Padang Arafah yang saban hari cuacanya panas terik membakar kulit.

Batu-batu besar di Jabal Rahmah bisa dikatakan penuh dengan coretan yang sudah tentu menghilangkan kesakralan tempat suci tersebut. Selain masalah vandalisme, di Jabal Rahmah banyak pengemis difabel. Saya amati kebanyakan warga Afrika dan beberapa warga sekitar. Berdasarkan cerita beberapa teman di sana, para pengemis difabel itu, dulunya pencuri yang kena hukuman qishas. Ada yang dipotong satu tangan dan ada juga yang kedua-dua tangannya.

Tak cukup di situ, para pedagang kaki lima di sepanjang jalan Padang Arafah akan memikat para jamaah dengan bahasa Indonesia. Memang mereka sangat lancar berbahasa Indonesia, karena saking banyaknya jamaah umroh dan haji dari Indonesia yang saban hari berkunjung ke Jabal Rahmah dan sekitar Padang Arafah. Kononnya di Arafah juga rawan copet. Para pedagang sambil menawarkan tasbislh atau cenderamata lainnya, tangan sebelah akan mengerayangi saku jamaah yang terpedaya melihat mereka jago berbahasa Indonesia.

Ibadah haji dan umroh, serta kesucian tanah haram, sering ternodai dengan hal-hal seperti ini. Apapun alasannya, tempat bersejarah yang diabadikan dalam serangkaian ibadah haji, yakni wukuf di Arafah tersebut, perlu manajemen dan pengawasan yang lebih baik, agar kesan jamaah haji dan umroh, benar-benar penuh penghayatan.

Para jamaah pasti jadi serba salah. Seolah-solah dihadapkan dalam satu masa dengan berbagai persoalan yang bertolak belakang, antara kesakralan tanah haram, empati terhadap sesama, dan antipati terhadap modus penipuan pedagang kaki lima serta oknum copet yang memanfaatkan aura kecucian tanah haram.

Maka waspadalah dan bijak mensikapi semua fenomena sosial yang ada di tanah suci, agar kita tidak terjebak dalam situasi yang serba salah.

Arafah, 30122023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun