Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan, antaranya modernisasi, globalisasi, penemuan baru (discovery), dan konflik. Perubahan bisa berawal dari. Walaupun konflik dilihat dalam konteks destruktif, namun tidak dipungkiri banyak muncul kreativitas, inisiatif, inovasi, dan kemajuan lainnya yang dipicu akibat konflik.Â
Masalah konflik dari sisi negatif (destruktif) yang menyebabkan perubahan sikap dan menimbulkan penentangan anggota organisasi/perusahaan.
Demikian juga banyak faktor yang menyebabkan penolakan terhadap perubahan dalam organisasi karena pada dasarnya perubahan itu ada yang diinginkan dan ada juga yang tidak diinginkan. Walaupun perubahan itu baik, tetapi bila tidak diinginkan, maka akan terjadi penolakan-penolakan dalam berbagai bentuk, baik secara halus maupun secara kasar.
Khususnya perubahan dari sistem konvensional ke arah teknologi modern yang canggih, banyak sumber daya manusia yang tidak mampung mengikutinya, sehingga salah satu cara memilih tetap seperti cara lama dan dengan sendirinya menolak perubahan sistem kerja modern.Â
Dalam kondisi ini biasanya tenaga kerja yang sudah tergolong tua dan menjelang masa pensiun. Persepsi mereka merasa percuma mengikuti perubahan karena perusahan tidak mampu mengomunikasikan perubahan dan gagal membuat mereka percaya efektifnya perubahan tersebut.
Dengan demikian, kita dapat simpulkan lima faktor terjadinya penolakan dalam sebuah organisasi kerja, adalah:
Pertama, pemimpin atau pihak yang membawa perubahan belum mendapat kepercayaan sehingga ide perubahan tidak diterima baik oleh pihal terkait setempat.
Kedua, dinilai sia-sia karena selama ini setiap ada pimpinan baru selalu melakukan perubahan sesuai keinginan pribadi dan tidak berlangsung lama.
Ketiga, perubahan yang terjadi justeru membuat pihak-pihak yang terlibat semakin tidak nyaman dan khawatir hilang sesuatu yang telah diraih selama ini.
Keempat, memiliki dampak negatif atau merugikan terhadap pihak tertentu, seperti pemutusan hubungan kerja, dan sebagainya.
Kelima, anggota organisasi merasa nyaman dengan situasi lama (comfort zone) sehingga tidak ingin berubah yang walaupun dalam konteks yang lebih maju.