PRESIDEN RI Joko Widodo baru saja kita saksikan melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina. Misinya jelas untuk upaya kemanusiaan dan akan berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia dan dunia.Â
Kita ketahui bagaimana dunia merasakan dampak buruk dari konflik Rusia-Ukraina. Maklum Rusia merupakan antara negara produsen pupuk utama dunia. Sementara Ukraina merupakan salah satu negara produsen gandum utama dunia. Terkait hal ini, bila perang terus berlanjut, tentu Indonesia terancam kekurangan pupuk dan gandum serta produk turunan dari itu.
Dalam dua hari ini, saya banyak membaca pesan di dalam WAG yang nyinyir terkait kunjungan Jokowi ke Ruia dan Ukraina. Nyinyiran dari orang yang membenci pemerintah tentu akan memperkeruh situasi di tanah air.Â
Harusnya kita bangga, karena Presiden Indonesia satu-satunya pemimpn negara di Asia Tenggara ini yang memiliki inisiatif menemui kedua pemimpin negara yang sedang berperang. Tidak perlu kita sibuk memikirkan Jokowi akan dapat "Nobel Perdamaian" dan penghargaain lainnya.
Masalah akan dapat penghargaan itu biarlah dunia yang menilai. Toh untuk mendapatkan itu semua bukan semudah melakukan kunjungan begitu saja. Yang pasti sekarang adalah masyarakat kedua negara perlu hidup dalam kedamaian.
Kita sebagai rakyat yang pro pemerintah atau oposisi, tidak perlu terlalu sibuk mengurus untuk apa Presiden ke Rusia dan Ukraina. Apalagi sibuk menuduh Presiden berbohong menyampaikan pesan presiden Rusia ke Ukraina dan sebaliknya.
Presiden Joko Widodo tidak akan mampu mempengaruhi pendirian Vladimir Putin menghentikan serangan ke Ukraina, tetapi setidaknya telah mencoba menyuarakan pendirian Indonesia yang menginkan agar menjunjung tinggi perdamaian. Kalau presiden saja tidak mampu berbuat banyak, apalagi kita sebagai rakyat biasa.Â
Tragisnya kita sebagai rakyat biasa selalu sibuk memperkeruh suasana atas upaya pemerintah. Rakyat yang baik adalah rakyat yang profesional menyuarakan pendapat. Tuduhan liar yang tidak mendidik merupakan gaya anarkis meyelesaikan permasalahan.
Tulisan singkat ini saya buat untuk mengajak para pembaca tidak mudah berperasangka buruk, apalagi itu pemimpin kita. Manusia tidak ada yang sempurna. Kita sama-sama saling memperbaiki dan melengkapi agar semuanya tampak lebih sempurna.
Yang perlu kita ketahui, bahwa presiden itu representasi negara dan juga rakyatnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang utuh. Kalau kita sibuk dengan saling caci maki terus, kapan kita akan bisa berbuat dengan maksimal untuk bangsa? Demikian juga kalau bukan kita sebagai rakyat Indonesia yang menghargai presiden sendiri, bagaimana rakyat negara lain akan mau menghargai presiden kita?