Pertama: Penyelidikan tidak boleh di mulai dengan usaha observasi yang tidak memihak, tetapi justru harus fokus pada satu persoalan. Â Dalam hal ini peneliti diharapkan menggali akar masalah
Kedua:Â Usaha untuk menemukan solusi atas permasalahan yang diteliti setelah melalui tahapan uji hipotesis dan koreksian sesuai fakta data empiris serta perkembangan situasi terbaru.
Pandangan Popper tentang hakekat belajar, terutama hakekat berfikir yang kreatif dalam rangka mencari kebenaran melalui serangkaian kegiatan penelitian, uji hipotesis dan penarikan kesimpulan sementara. Hasil yang disimpulkan bukanlah kebenaran hakiki yang tidak terbantahkan melainkan akan tetap bisa dikaji dan dievaluasi dari waktu ke waktu sehingga memungkinkan muncul kesimpulan baru yang lebih sesuai dengan fakta empiris yang ada.
Sebenarnya pola pikiran Popper atau pola pikir ilmuan lain juga sama-sama tetap baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka mencari kebenaran dan kebijaksanaan. Hal ini karena proses belajar dengan cara menduga dan menolak untuk memecahkan persoalan merupakan cara terbaik untuk mencapai kemajuan belajar dengan memfokuskan dan mengartikulasikan persoalan, dengan memprediksi solusi dengan cara berani dan Imajinatif, untuk dapat menilai solusi yang ditawarkan secara kritis. Artinya semua itu justru  akan  memacu kita  untuk  terus menghasilkan pemikiran yang  lebih  baik dan bijaksana.
Inti pemikiran Popper bahwa ilmu pengetahuan merupakan kesimpulan empiris yang secara terus menerus dapat dikaji dan diuji kebenarannya. Yang lebih penting senantiasa dapat dikoreksi. Penilaian teori ilmu pengetahuan yang subyektif merupakan jalan terjadinya kesalahan dan kekeliruan ilmu pengetahuan.
KL: 28042022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H