Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksistensi Uang dan Karakter Manusia Mensikapi Materi

24 Februari 2022   16:22 Diperbarui: 22 Maret 2022   19:30 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. NCBC dari Bank Indonesia)

Lalu bagaimana dengan uangkapan "uang tak dapat dibawa mati?" Menurut saya itu uangkapan skeptis yang menghambat kita berkembang, bahkan bisa menyesatkan. Kalau kita melihat eksistensi uang secara luas, maka sebenarnya uang kita bisa bawa mati. Sederhananya bahwa orang mati membutuhkan kain kafan dan juga alat lain yang semuanya dibeli dengan uang. Di kota besar, perlu jasa kremasi dan juga membeli tanah kuburan. Artinya mati pun perlu uang.

Lebih jauh lagi bahwa kita perlu membawa bekal ke alam akhirat yang bisa didapat dari berbagai jalan ibadah, antaranya zakat, infaq, sedekah, membeli pakaian untuk ibadah, membeli kenderaan untuk menunaikan kewajiban keluarga dan masyarakat, hingga nominal tertentu untuk membiayai umrah dan haji.

Yang jadi masalah apabila orang bekerja siang malam lupa keluarga, ibadah tertinggal, dan berfoya-foya setelah mendapatkan uang. Banyak orang jadi lupa diri dan jadi sombong gara-gara uang, maka di sinilah mudaratnya uang karena akan menjerumuskan manusia ke dalam situasi yang buruk.

Kita tidak perlu melihat uang sebatas bentuk fisik, karena benar kita tidak akan bisa bawa mati, tetapi perlu kita maknai secara luas sebagai media kebaikan di dunia untuk bekal kita setelah mati. Segalanya tergantung kita yang memposisikan dan mensikapi uang untuk kemaslahatan yang mendatangkan manfaat bagi manusia.*

Sekadar berbagi, semoga bermanfaat.

KL: 24022022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun