Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tahu Tempe Langka, PR Pemerintah Yakinkan Jaminan Kesejahteraan Petani

22 Februari 2022   12:03 Diperbarui: 23 Februari 2022   17:33 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Foto/Murianews.com)

Tahu tempe langka pasti akan berbuntut pada harga yang melangit. Setelah itu akan terjadi keributan di tanah air, pasalnya tahu tempe merupakan menu makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menyoroti masalah ini, harus dimulai dari semangat dan keyakinan petani akan kesejahteraan mereka. Sudahkah hal ini dilakukan?

Sering kita dengar, masalah gagal panen, harga jual hasil panen yang sangat rendah, permainan tengkulak yang tidak terkontrol, impor kedelai mematikan petani lokal, dan lain sebagainya. Selain faktor alam, peran pemerintah memiliki posisi sentral dalam memastikan masalah pertanian di tanah air dapat tertangani dengan baik.

Dapat dipastikan bahwa rendahnya produksi atau mahalnya harga bahan mentah makanan kaya protein ini, merupakan faktor mendasar situasi kelangkaan tahu tempe di Indonesia. Universitas Pertanian Bogor menjelaskan bahwa  produksi kedelai nasional mencapai 1.2 juta ton per tahun, sementara tingkat kebutuhan konsumsi makanan berasa kedelai di kalangan masyarakat Indonesia menjacapi 2.8 juta ton per tahun.

Mencermati fenomena tidak imbangnya jumlah produksi nasional dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia tersebut, akan sangat memungkinkan terjadi kelangkaan tahu tempe atau produk makanan asal kedelai lainnyadi Indonesia. Kalaupun ada, namun sudah dapat dipastikan harganya akan tinggi.  

Akhirnya salah satu langkah proaktif untuk mengatasi hal ini,  pemerintah terpaksa menginpor kedelai dari negara produsen demi memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, walau dengan biaya yang relatif tinggi. 

***

Indonesia sebagai negara agraris yang tanahnya terkenal subur, seharusnya mendorong produksi-produksi pertanian yang berkualitas dengan kuantitas yang tinggi. Kondisi alam Indonesia sangat mendukung untuk meningkatkan produktivitas pertanian dalam rangka mengantisipasi kebutuhan pangan nasional. Apalagi mayoritas masyarakat Indonesia berprofesi sebagai petani.

Salah satu langkahnya adalah meyakinkan petani akan kesejahteraan mereka dalam bertani, dimana mekanisme pertanian, baik modern maupun tradisional, semua terintegrasi dengan program pemerintah. Artinya pemerintah memiliki andil mulai menyediaan benih, pupuk, dan proses pembelian hasil pertanian.

Selama ini di desa-desa terpencil petani masih harus menyediakan modal bibit sendiri, mengusahakannya sendiri, dan ketika panen berharap ada pembeli dengan harga yang baik, namun sering terjadi sebaliknya, hasil pertanian dihargai dengan harga yang sangat rendah, tidak menutup biaya produksi. Alhasil, para petani menjadi tidak semangat mengusahakan lahan pertanian mereka. 

Ilustrasi tersebut menunjukkan ketidakpastian usaha pertanian di tanah air, sehingga para petani mengusahakan lahan pertanian agar tidak kosong, sekadar mengisi waktu, dan tanpa target hasil yang pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun