Kejadian sumpah keramat itu hampir seabad lamanya, waktu yang panjang, bahkan jauh sebelum ibu pertiwi bebas dari rong-rongan penjajah, karena kita tahu, berkat jiwa dan semangat sumpah itulah kaum penjajah terusir dari negeri ini.
Kini kita berharap semoga Zamrud Katulistiwa tetap terjaga dengan baik dan anak cucu pengikrar sumpah itu tetap setia memegang teguh setiap bait ikrar yang dilafazkan nenek moyang mereka.
Sungguh mereka akan sedih bila mendengar beberapa potong bumi pertiwi ini telah lepas karena kelalaian kita. Ingat kelalaian kita di Timor Timur, Pulau Sipadan, dan Pulau Ligitan. Janganlah ada lagi kejadian yang memalukan itu, karena sumpah bisa memakan diri bila tak waspada.
Sungguh mereka akan gundah melihat tanah pertiwi tercabik-cabik karena ulah angkara anak negeri. Masih banyak yang menjarah hak sesama, kelaparan terjadi di negara agriris, banyak warga negara maritim tak mampu membeli ikan untuk lauk makan siang mereka, eksploitasi alam tanpa tanggungjawab merajalela, ketidakadilan hukum dan kesewenangan terjadi di setiap sudut penjuru tanah air.
Pasti mereka kecewa kalau bahasa pengikat persatuan dan kesatuan ini musnah oleh modernisasi dan globalisasi. Ketika rasa bangga akan bahasa ibunda berangsur pudar karena kemodernan, anak negeri merasa terhormat bila fasih bertutur dengan bahasa orang yang mengklaim pemilik kemajuan.
Mari berkontemplasi, mari berpikir, mari merenungi, mari menghayati, agar kita tak larut dengan seremoni tanpa arti.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020
KL: 28102020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H