Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kehidupan Sosial dan Kelihaian Membangun Rasa

26 Agustus 2020   23:30 Diperbarui: 27 Agustus 2020   00:17 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TULISAN sederhana nan singkat ini diangkat untuk merefleksi diri. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang dikatakan paling baik, namun tetap saja sifat dan eksistensi manusia tidak sempurna. Atas dasar ketidaksempurnaan itu, sebagai mahluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama dan juga lingkungan sekitarnya, harus selalu menjaga sikap dalam berkata-kata, melihat, mendengar, dan berpikir.

Oleh sebab sifat dan eksistensi manusia yang tidak sempurna, maka dibutuhkan upaya membangun kepekaan rasa dalam diri, supaya dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar melahirkan kenyamanan dan ketenangan hidup. 

Banyak landasan untuk membangun kepekaan rasa, antaranya: berdasarkan nilai dan norma yang dianut bersama atau berdasarkan janji dan komitmen yang dibuat. Nilai dan norma berada posisi harus ditaati dan diamalkan, sementara janji dan komitmen merupakan hal yang perlu selalu dijaga. 

Mensikapi hal tersebut di atas, hendaknya kita bisa senantiasa bertanya pada diri sendiri, apakah tingkah laku dan pola pikir kita sudah sesuai dengan norma dan nilai yang dianut bersama? Tak salah harus merenung sejenak, menyisir kembali segala hal yang pernah kita lakuka dalam sehari, semingu, atau sebulan yang lalu. Hal ini penting untuk kebaikan diri dan hubungan sosial di tengah masyarakat.

Tak elok kalau kita tertawa terbahak-bahak dengan segala pujian dan tepukan gemuruh, tetapi ada orang yang merasa jadi tidak nyaman, apalagi sakit. Sangat tak molek kalau kita tidak bisa merasakan orang lain terganggu akibat ulah dan tingkah kita. Maka bagunlah kepekaan rasa agar hati bisa mendeteksi segala rasa yang tidak bisa dideteksi oleh alat pendeteksi canggih ciptaan manusia. 

Manusia diciptakan Tuhan dengan ketentuan dan ketetapan yang berbeda-beda. Di sinilah letak keunikan manusia yang dibekali dengan akal agar bisa berpikir jernih dan saling menghargai untuk bisa menyesuaikan segala perbedaan yang ada menjadi  kesatuan yang kuat.[]

Sekadar berbagi.

KL: 26080021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun