Insan-insan kepanduan yang senantiasa setia dengan Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka senantisa aktif, tidak ingin tinggal diam dan berpangku tangan dalam situasi Pandemi Covid-19. Tentu social distancing bagi insan Pramuka bukan kendala yang berarti untuk bisa tetap berbuat karena di sana ada seribu satu cara untuk berbakti kepada masyarakat, agama, nusa dan bangsa tercinta.
Hari ini, Sabtu (6/6/2020) siang para pengurus Gugus Depan Pramuka Luar Negeri bersinergi dengan Kwartir Nasional melalui silaturrahmi online. Sekitar 11 Gugusdepan Pramuka di dalam dan luar negeri seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Myanmar, Jepang, dan Arab Saudi berinteraksi dalam suasana penuh keakraban. Ketua Gudep KBRI Kuala Lumpur Herman Sahara dan Sekjen Gudep Joko Satria hadir memberikan pandangan dalam membangun gudep serta mendiskusikan solusi atas berbagai kendala yang dihadapi di lapangan.Â
Pertemuan ini atas inisiatif Komisi Kerjasama Luar Negeri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Tampak hadir dalam pertemuan itu kak Muhammad Laiyin Nento, kak Brata, kak Deden Syefrudin, dan kak Heny. Sinergitas positif dengan harapan dapat mempererat silaturrahmi dan juga mengetahui efektifitas pelaksanaan pendidikan karakter melalui wadah Gerakan Pramuka.
Tentu masukan dari pengalaman di berbagai negara menjadi bahan dalam mengusulkan kebijakan baru untuk menjadi solusi terbaik memperluas misi kepanduan ikhlas berbakti dengan murni suci memberi, berkontribusi dalam segala hal kebaikan untuk membangun bangsa dengan cara berwibawa dan bergaya. Â
Bersemuka di alam maya dengan dress code bebas rapih walaupun hanya memakai kacu, hasduk, ataupun Stangan Leher, merupakan agenda dahsyat karena dihadiri dan dibuka langsung oleh Ketua Komisi Kerjasama Luar Negeri Kwartir Nasional, kak Ahmad Rusdi (Dubes RI untuk Kerajaan Thailand).
Sesekali bercanda untuk menghangatkan suasana, tetapi tentu lebih serius dan menguras tenaga karena harus fokus menimba ilmu dari orang-orang hebat dalam dunia kepanduan Indonesia, seperti kak Ahmad Rusdi, kak Prof. Musytari, kak Brata, kak Fachry Sulaiman, kak Deden Syefrudin, dan kak Laiyin Nento serta kakak-kakak penggiat Gudep lainnya yang semangat menancapkan Panji Tunas Kelapa di luar wilayah ibu pertiwi.
Tidak mudah bagi semua pembina menjalankan amanah sebagai motor penggerak kepanduan, beragam tantangan tiada sepi sunyi menghampiri tanpa henti. Semua itu adalah dinamika hidup yang perlu dihadapi dengan baik dan bijaksana.
Para insan Pramuka itu dengan serius membahas berbagai tantangan yang selama ini dihadapi di luar negeri, seperti alotnya dukungan dari perwakilan RI untuk menjalankan kegiatan karena tidak ada tembusan resmi dari Kwarnas, terbatasnya ruang gerak untuk latihan dengan gembira karena masalah dokumen peserta didik, dan susahnya perizinan dari otoritas negara setempat untuk mengadakan kegiatan perkemahan.
Beberapa hal penting lainnya juga turut jadi perbincangan tentang kompetensi dan ketermpilan pembina perlu senantiasa ditingkatkan, keterbatasan dana dalam pelaksanaan kegiatan dan ketiadaan baju seragam bukanlah halangan untuk berkarya.
Ulasan kak Brata bahwa Scout must be prepared dan keharusan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait dan berkepentingan. kak Musytari menambahkan bahwa teladan dari seorang kak Ahmad Rusdi jangan sampai terputus dan harus terus menjadi panduan dalam belajar untuk meningkatkan kemahiran diri dan memanfaatkan berbagai resources yang ada.