Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Bersamamu

21 November 2019   11:51 Diperbarui: 22 November 2019   07:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Kumis berbaju kaos putih sedang ngobrol santai bersama Pak Irlan dan Pak Mahfud Budiono. (Dok. Pribadi)

Sewindu yang lalu, kita bertemu dalam suasana sederhana, pertemuan untuk mencoba mengurai simpul-simpul kehidupan di perantauan ini. Sikap supel dan kesederhanaanmu membuat segalanya senantiasa bersahaja.

Tampangmu yang bersahabat dan berkumis tebal membuatku nyaman memanggilmu "Pak Kumis." Anak-anak UTKL yang lain juga ikut memanggilmu demikian, kami tak peduli dengan dua nama resmi yang kau sandang--Rudi dan Sabarudin. 

Pak Kumis, kau teman, kau sahabat, dan kau juga orang tua bagiku. Nama yang akrab itu melekat dengan dirimu, mereka ikut memanggilmu dengan sebutan yang kocak itu, walau di akhir-akhir perjalanan hidupmu tidak ada lagi kumis tebal menghiasi wajah khasmu. Semua itu yang akan selalu aku dan juga mereka kenang tentang dirimu.

Selama ini, kita bersama-sama membangun dan menyemarakkan kegiatan UT Pokjar Kuala Lumpur bersama ratusan masyarakat Indonesia lainnya di Malaysia. Sejak itulah kamu senantiasa ikut andil dan juga berada di garda terdepan membantu kegiatan-kegiatan UT di Malaysia secara moril dan materil.

Walau dengan nada seloroh, tepatnya sepuluh bulan yang lalu, dalam komunikasi via WhatsApp aku memujimu sangat perhatian dan selalu ingin membantu orang lain, kau menjawab menulis dengan huruf kapital yang saya copy paste langsung seperti berikut: "YA ,,,,,, PAK  HIDUP SAYA  TAK LAMA LAGI  MUKIN HBIS WISUDA ,,,,,  TRUS  PERGI  HIIIIII  GURAU  SAJA PAK."

Saat kamu terbaring lemah di rumah sakit, kamu tidak ingat lagi persahabatan yang telah terajut lama antara kita, tak lagi hangat rasa keakraban yang telah berlangsung lama, yang tersisa hanya keharuan terlihat dari bola matamu yang berkaca.

Kini Yang Maha Kuasa telah memanggilmu. Kuiringi kepergianmu dengan ketabahan, kukuatkan perasaan ini untuk memaklumi bahwa setiap yang hidup akan mati. Aku telah mengikhlaskan segala-galanya tentangmu.

Aku dan kami semua mengucapkan terima kasih atas atensi dan dedikasimu yang luar biasa menyemarakkan keberadaan UT di Malaysia. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, seraya memohon semoga husnul khotimah di dunia ini, mendapat ampun maaf dari keluarga dan sahabat handai serta ditempatkan bersama hamba-hamba Allah yang soleh di Surga. Aamiin ya Rabb.[]

Sekadar berbagi dari tanah rantau.

KL: 19112019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun