Kata nenek saya, dulu kita dijajah oleh Belanda dan Nipon. Saya mengangguk-angguk sambil membayangkan bagaimana situasi dijajah dan bagaimana rupa penjajah Belanda dan Nipon.
Tetangga saya yang hidup dan mengalami situasi genting perang dunia kedua juga mengaminkan cerita nenek saya yang selalu menggambarkan kebengisan serdadu Belanda dan Nipon.Â
Saya sangat percaya bahwa penjajah yang ingin selalu dilihat kuat berkuasa atas kaum pribumi akan melakukan apa saja untuk menjaga pengaruh dan menumbuhkan rasa takut kaum yang dijajah. Maka terjadilah kesewenangan, harta benda orang-orang desa dijarah, penduduk yang melawan akan ditembak, dan para perempuan desa diangkut dengan truk untuk dijadikan pelayan di rumah-rumah dan kamp tentara kaum kolonial.
Lebih jauh dari itu, tak sedikit kejadian memilukan, isteri dan anak gadis kaum pribumi yang diperkosa tanpa belas kasihan di depan suami dan anak-anak, kemudian akhirnya mereka sekeluarga ditembak karena dicap melawan penguasa.
Saya bayangkan apakah serdadu penjajah itu seperti ketangguhan dan karakter keras tentara Bar-Bar pada zaman dinasti Ummayyah yang berhasil menakluk Andalusia? Atau setangguh tentara Romawi dan Persia yang sangat terkenal itu?
Begitukah situasi kita dijajah? Keindahan negeri ibu pertiwi tak senantiasa dapat dinikmati, datangnya pagi dengan hangatnya sinar mentari tak juga diharapkan, dan demikian juga tenteramnya hening malam yang dihiasi rembulan dan bintang gemintang tak selalu bisa dirindukan.
Mencekam, penuh teror dan  sangat menakutkan.Â
Tidur jarang sekali nyenyak. Nyawa yang dititipkan Tuhan dalam raga seolah-olah sudah tergadai di tangan penjajah. Apabila kita tidak sanggup menebus dengan segala keinginan penjajah maka kita harus siap-siap dan rela dicabut kapan saja.
Tapi kata nenek lagi sekarang kita sudah merdeka. Semua itu sudah berlalu. Tidak ada lagi penjarahan harta benda milik perorangan dan negara. Tidak ada lagi pemerkosaan hak-hak rakyat di negari kita. Pokoknya semua aman sentausa dan tidak ada lagi yang perlu ditakuti.
saya senang dan bersyukur mendengar cerita nenek tentang kemerdekaan yang dicapai oleh ibu pertiwi. Sabtu (17/8) akhir pekan lalu segenap anak negeri merayakan peringatan ulang tahun kemerdekaan ke-74 dengan begitu bersahaja. Ada harapan agar tidak ada lagi penajajahan di bumi pertiwi. Pesan nenek, jangan pernah mencoreng kemerdekaan dan merusak kebersamaan ini.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H