Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyikapi Cerita Rakyat sebagai Khazanah Daerah

15 Juli 2019   10:48 Diperbarui: 15 Juli 2019   20:04 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia disebut sebagai negara multikultur. Masyarakatnya hidup berkelompok dengan kondisi geografis yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang membuat beragamnya budaya masyarakat Indonesia.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika semata-mata untuk menjadi dasar hidup dalam negara Pancasila agar kita mengakui perbedaan-perbedaan yang ada dan saling menghormati dalam keberagaman tersebut.

Salah satu bentuk keberagaman itu dapat kita saksikan melalui cerita rakyat yang biasa disebut dengan legenda atau dongeng. Cerita-cerita itu dibuat berdasarkan kejadian yang berlaku dahulu kala, seperti cerita Puteri Nyale dalam masyarakat Sasak, Lombok. Cerita ini bisa saja dikait-kaitkan dengan fenomena munculnya cacing laut pada setiap bulan purnama di musim tertentu.

Contoh lain dapat juga kita nikmati dari cerita Malin Kundang oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Dongeng ini berdasarkan satu fenomena alam, dimana terdapat sebuah bongkah batu di Pantai Air Manis yang menyerupai tubuh manusia. Kononnya batu itu sumpahan jasad seorang pemuda bernama Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu karena durhaka kepada ibunya.

Di Indonesia hampir semua kelompok masyarakat memiliki legenda yang menggambarkan adat istiadat atau nilai dan norma yang mereka anuti. Semua itu tidak perlu diperdebatkan kebenarannya. 

Yang penting kita perlu lihat dalam konteks khazanah daerah untuk dilestarikan dengan baik, apalagi banyak pelajaran hidup yang terkandung dalam legenda tersebut untuk dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semoga kita masih ingat dongeng daerah sendiri yang waktu kecil dulu sering diceritakan oleh ibu atau nenek kita. Mari memupuk dan mengangkat khazanah daerah masing-masing sebagai satu hal yang menarik untuk dikupas kembali sekaligus menguji tingkat ketertarikan anak dan cucu kita yang hidup di era milenial ini. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun