Senin pagi yang cerah, ratusan masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur dengan penuh rasa kekeluargaan merayakan 10-07-1969. Sebuah momen bersejarah bagi institusi pendidikan Indonesia yang konsen memberikan layanan pendidikan bagi warga negara Indonesia di Malaysia. Tanggal itu menjadi titik perjuangan diresmikan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
Bulan ini SIKL menyambut hari ulang tahun emas (golden anniversary).Pagi ini ratusan siswa SIKL, guru dan masyarakat berhimpun di halaman sekolah yang terletak di Lorong Tun Ismail, No. 1, Kuala Lumpur itu. Mereka semua menyimak sambutan Kepala Sekolah Dr. Encik Abdul Hajar dan mengikuti prosesi tradisi pemotongan tumpeng hasil karya ibu-ibu guru SIKL sebagai simbol syukur.Â
Suasana yang meriah namun tidak menghilangkan esensi kesyukuran. Itulah sekolah tempat belajarnya anak-anak Indonesia yang merantau ke Malaysia. SIKL diakui telah terkiprah sekian lama hingga hari ini sudah sangat maju dan berkembang setara dengan sekolah internasional lainnya di Malaysia.
Kegiatan hari ini merupakan acara perdana untuk serangkaian kegiatan yang kemuncaknya akan berlangsung pada tanggal 2-3 Agustus mendatang. Pada saat itu sekolah akan mengundang semua mantan kepala sekolah dan guru serta tenaga pendidik yang pernah bertugas di SIKL. Para alumni pun tak mau ketinggalan memanfaatkan momen bersejarah itu dengan merancang menggelar reuni akbar SIKL.
***
Lima puluh tahun berkiprah bukan waktu yang sebentar. Kalau manusia pasti sudah punya cucu. Nah SIKL juga demikian, sudah melahirkan ratusan dan bahkan ribuan cucu berupa alumni yang turun temurun. Ada alumni yang anak cucunya juga bersekolah dan jadi alumni SIKL juga. Mereka sudah sukses dalam berbagai profesi dan tersebar di berbagai belahan dunia.
Setengah abad yang lalu, SIKL dibuka untuk menampung anak-anak staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur dan beberapa anak ekspatriat Indonesia di Malaysia. Jumlah anak Indonesia yang ingin bersekolah saat itu cukup signifikan, yakni 45 orang dengan perincian 32 SD kelas 1 sampai 6 dan 13 orang siswa SMP dari kelas 1 hingga 2. Sementara untuk jenjang SMA baru mulai dibuka pada tahun 1970 dengan jumlah siswa 10 orang.Â
Masa awal berjalannya kegiatan belajar mengajar, para tenaga pengajar berjumlah 9 orang yang merupakan staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Dalam beberapa tahun kemudian dan seiring berkembangnya jumlah siswa, pemerintah mulai mengirim tenaga pengajar dari berbagai daerah di Indonesia.
Kini SIKL sudah berkembang pesat, baik dari jumlah siswa dan guru maupun fisik sarana dan prasarana penunjang jalan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Bahkan sekarang SIKL bukan saja menjadi tempat bersekolah anak-anak Indonesia di Malaysia  tetapi juga sebagai pusat pengembangan budaya Indonesia di Malaysia melalui program Rumah Budaya Indonesia (RBI).
Selama Ulang Tahun ke-50 SIKL. Semoga tetap konsisten memperjuangkan nasib pendidikan anak-anak Indonesia di Malaysia.