Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seloto dalam Bingkai Masyarakat Madani

8 Juli 2019   11:51 Diperbarui: 8 Juli 2019   20:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Kabupaten Sumbawa Barat)

Mengupas tentang pola perilaku kehidupan sosial masyarakat Seloto di Sumbawa Barat, akan senantiasa menarik untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam. Periku sehari-hari masyarakat Seloto sangat diwarnai oleh keyakinan terhaap ajaran agama Islam yang mereka anut. 

Wilayah desa Seloto berkeluasan sekitar 1100 km2  dengan jumlah penduduk 2,228 jiwa. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Beberapa dianatara mereka menjadi nelayan dan berdagang. 

Orang-orang Seloto terkenal ulet dan rajin dalam berusaha. Mereka sangat menghargai pendidikan dan suka orang-orang yang menuntut ilmu. Seiring perkembangan zaman dan arus informasi, masyarakat Seloto turut bertransformasi, mengikuti perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan sehingga masyarakatnya banyak yang telah menjadi sarjana serta mengusai sektor pemerintahan.

Masyarakat Seloto hidup dalam bingkai integrasi dan semangat persaudaraan yang tinggi, kuat memegang nilai dan norma agama yang ditopang oleh dua institusi pendidikan agama, yakni Pondok Pesantren Al-Manar dan Pondok Pesantren Al-Muhajirin.

Dua pondok pesantren tersebut membuat Seloto benar-benar tampil sebagai desa penyanggah syariat yang melahirkan banyak kaum santri, akademisi, perawat, dokter, guru, dan militer. Di desa ini tumbuh suasana keilmuan yang kondusif dan berkontribusi positif terhadap kemajuan desa dan masyarakatnya.

Kehidupan santri telah mewarnai suasana kehidupan seluruh masyarakat setempat. Gambaran suasana itu dapat dilihat di setiap waktu solat fardu, dimana kaum lelaki, tua-muda akan berbondong-bondong ke masjid untuk solat berjamaah. Gambaran keislaman yang juga dapat dilihat dari pola berpakaian kaum perempuan Seloto yang seratus persen berbusana muslimah. Intinya tidak ada satu pun yang tidak menutup aurat.

Suasana tersebut di atas telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu, bisa dikatakan sejak 40 tahun yang silam, sehingga Seloto sangat identik dengan desa santri. Baca juga artikel: Seloto: Desa Santri di Pulau Sumbawa.

Desa Seloto juga dikenal luas sebagai desa yang sangat aman. Hampir tidak pernah terjadi pencurian apalagi insiden kriminal lainnya.

Pengalaman pribadi di rumah, kami tidak pernah mengunci pintu rumah walaupun itu waktu malam hari. Sepeda motor di bawah rumah juga tidak pernah dikunci dan bahkan siang malam kuncinya selalu menempel di posisinya walaupun berada di luar rumah. Bila berjalan-jalan ke luar kampung juga demikian, siang dan malam banyak sepeda motor yang parkir di bawah pohon dan tepi sungai. Tidak pernah terjadi kemalingan.

Demikian juga ternak, berkeliaran begitu saja tidak akan hilang. Pernah juga terjadi kasus pencurian di rumah warga dan juga terhadap hewan ternak, tetapi pelakunya datang dari kampung lain. Masyarakat yang merasa hidup cukup akan senantiasa mensyukuri apa yang diperoleh. Prinsip seperti itulah yang membuat situasi dan kondisi Seloto menjadi aman dan damai.

Dalam beragama dan bernegara, masyarakat Seloto sangat moderat. Mengakui dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat serta menjunjung tinggi kebersamaan dalam perinsip persatuan dan kesatuan.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun