Perayaan hari raya Idul Fitri dikenal dengan istilah "lebaran." Sebuah terminologi perayaan kemenangan umat Islam yang diperingati pada tanggal 1 Syawal setelah sebulan penuh berpuasa. Ibadah menahan lapar dan dahaga serta segala hal yang dapat membatalkan puasa. Selain itu, umat Islam juga mengenal lebaran haji yakni Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10-13 Dzulhijjah yang ditandai dengan penyembelihan hewan kurban.
Tanggal 1 Syawal setiap tahun Hijriyah disambut sangat spesial oleh seluruh umat Islam yang digambarkan dengan kesyukuran, kemeriahan dan kegembiraan. Umat Islam dimana-mana bersalam-salaman sebagai simbol saling maaf atas segala salah yang dilakukan sebelumnya.
Hari kemenangan dari perjuangan ibadah puasa selama sebulan penuh itu juga dikenal dengan "fitri" dimana umat Islam berada dalam situasi suci kembali dari segala dosa bak bayi yang baru lahir. Oleh karena itulah umat Islam menyambut lebaran Idul Fitri dengan penuh syukur dan gembira.
Supaya terasa lengkap dan sempurna rasa syukur dan bahagia saat berlebaran, umat Islam perlu mempersiapkan beberapa hal sebelum tiba hari kemenangan itu sebagai berikut:
Pertama, membuka pintu maaf kepada siapa saja yang memohon maaf. Termasuk memaafkan mereka yang enggan meminta maaf. Memaafkan orang lain tidak perlu ada syarat supaya kita benar-benar bersih dari energi negatif yang selalu menghantui diri kita.Â
Kedua, Membersihkan rumah sebagai tanda kesiapan kita menerima sanak saudara dan sahabat kita secara jasmani dan rohani.
Ketiga, meakai baju yang bersih. Dalam hal ini, tidak harus baju baru. Apabila mampu dan memiliki kelebihan rezeki boleh membeli baju baru, kalau tidak jangan sampai jadi masalah karena bukan sesuatu yang harus. Orang tua perlu memberikan penjelasan yang baik kepada anak-anak supaya tidak terbiasa dengan baju lebaran. Hal ini sangat penting untuk mengimbangi anak tetangga atau saudara yang kurang mampu secara finansial dan tidak bisa menyediakan baju baru untuk lebaran.
Keempat, menyediakan makanan semampunya untuk dihidangkan kepada tamu yang datang berlebaran. Jauhi sikap pamer makanan demi menjaga gengsi dan status sosial. kalau bisa sediakanlah kue kampung untuk menyegarkan kembali memori masa lalu saat hidup di desa.Â
Kelima, tidak melupakan anak yatim piatu dan golongan dhuafa lainnya. Senantiasa berbagi dengan orang lain yang kurang mampu, khususnya melalui zakat fitrah, zakat maal, infak dan sedekah.
Jadi sangat penting sekali memaknai lebaran dalam konteks kemampuan seseorang untuk senantiasa bersyukur dan bergembira dalam segala situasi yang serta mengutamakan kesederhanaan.
***