Heboh dan membludaknya masyarakat Indonesia yang datang ke tempat pemungutan suara (TPS) di Kuala Lumpur, menjadi tempat ujian dalam hal mengantri. Sejak pagi, masyarakat Indonesia sudah meyemut di Kedutaan Indonesia, Wisma Duta, dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur.Â
Tiga premis Indonesia di ibu kota Malaysia itu, ditetapkan sebagai pusat tempat pemilihan suara (TPS). Para calon pemilih yang sudah terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) dan status lainnya berjubel untuk memilih. Barisan panjang dan kerumunan terjadi di meja-meja panitia yang melayani mereka untuk pengecekan data dalam data base Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN).
Dalam keriuhan tersebut, masyarakat Indonesia membentuk barisan panjang mengitari bangunan tempat TPS. Lebih hebatnya, mereka sanggup mengantri panjang dalam suasana terik cuaca Kuala Lumpur yang mencapai 37 derajat selsius.Â
Saya akui, sesekali terjadi sedikit ricuh karena masing-masing ingin cepat, apalagi cuaca panas terik begitu akan saling dorong. Benar-benar menguji kesabaran mereka yang hadir di tiga premis tersebut untuk tetap mempertahankan budaya antri dan kebutuhan untuk tertib.
Pemilu ini benar-benar menjadi ujian bagi masyarakat kita dalam hal tertib mengantri dalam setiap kegiatan adat keramaian. Ternyata berhasil dengan penilaian di atas angka 7. Bagi masyarakat di negara membangun, capaian itu udah sangat bagus sekali.
Kalau saya amati foto-foto di sekitar TPS di tanah air, para pemilih begitu tertiba mengantri baik saat duduk maupun berdiri. Hal ini berarti bahwa kita sudah memiliki budaya antri yang patut dibanggakan.
Jadi jangan lagi bilang orang Indonesia tidak bisa antri. Mereka cukup disiplin antri saat berada di luar negeri. Di dalam negeri juga demikian, hampir di semua TPS para pemilih rapi mengantri untuk nyoblos.Â
Semoga kita semua bisa senantiasa menjaga budaya antri dalam setiap kegiatan dan acara keramaian.