Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Insiden Tilang Motor, Gambaran Gagalnya Pendidikan Karakter di Indonesia

8 Februari 2019   10:10 Diperbarui: 8 Februari 2019   15:36 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(jabar.tribunnews.com)

Pekan ini, jagat maya heboh dengan kasus tilang lalu lintas terhadap seorang pemuda pengendara sepeda motor di wilayah Tangerang. Informasinya juga beragam. Yang pasti itu gambaran sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarga dan kegagalan pendidikan karakter di sekolah.

Dari kejadian itu, kita harus mengambil pelajaran bahwa begitu perlunya sosialisasi tentang bagaimana manajemen konflik dan pengendalian emosi dalam menyelesaikan masalah di lapangan.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari video viral tersebut, yaitu sebagai berikut:

Pertama; pentingnya kesadaran individu supaya tidak merugikan diri sendiri dalam segala hal.

Dari insiden memalukan itu, jelas sekali aksi si pemuda sangat membahayakan diri dan pasangannya serta merugikan dengan merusak harta benda yang nilai ekonominya tidaklah murah.

Kedua; indikasi melemahnya agen-agen sosialisasi yang sangat mempengaruhi karakter seseorang seperti keluarga, sekolah, teman sepermainan, masyarakat, dan media massa harus sejalan dalam mensosialisasikan nilai moral kepada masyarakat.

Dewasa ini tak jarang orang tua yang acuh dengan sikap amoral anaknya sendiri, televisi dan media sosial cenderung minim mengedukasi masyarakat.

Ketiga; penanaman rasa empati terhadap sesama yang sangat memperihatinkan. Merusak harta benda milik keluarga, fasilitas umum di sekitar kejadian, dan menggangu pengendara lain serta aparat yang bertugas menjadi bukti kukuh bahwa rasa empati itu semakin tergerus dari budaya ketimuran kita.

Keempat; memberikan wewenang yang cukup kepada aparat yang bertugas di lapangan untuk bertindak sesuai standar keselamatan sehingga apabila berhadapan dengan kasus seperti itu, petugas tidak ragu menindak tegas pelaku amoral seperti dalam video tersebut.

Sering kita dengar keluarga pejabat dan aparat yang dengan sewenangnya enggan ditindak saat melakukan kesalahan lalu lintas dan juga juga pelanggaran hukum lainnya.

Kelima; itu bukti lemahnya penindakan hukum sehingga masyarakat meremehkan norma-norma di jalan raya. Faktanya, tak sedikit pengendara yang berani masuk jalan protokol tanpa helm dan bahkan tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM). Seringnya "kompromi" dalam penindakan hukum di lapangan akan menjadi bumerang bagi aparat polisi lalu lintas kita.

Salah satu contoh hal sepele yang semakin serius adalah tentang vandalisme di tanah air. Bisa dikatakan tidak ada satu pun fasilitas publik di Indonesia yang tidak menjadi korban sasaran tangan jahil yang bukan sekadar dicoret, tetapui bahkan dirusak. Pantat truk pun tidak ketinggalan dengan gambar dan tulisan amoral yang memalukan.

Banyak hal yang harus kita cermati dan evaluasi dalam kaitannya dengan penindakan hukum di lapangan dan kesadaran hidup bermasyarakat. Tidak perlu kita sibuk tunjuk jari siapa yang salah. Intinya kita harus segera merapatkan barisan memperkuat pendidikan karakter di segala lini, serta mengembalikan semangat kebersamaan dan memupuk rasa empati pada setiap masyarakat Indonesia.

Sekadar berbagi di pagi Jumat.

KL: 08022019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun