Penantian panjang terbayar sudah, setelah setahun memendam rasa "hampa" tentang sebuah harapan yang tertunda. Selama tahun 2018 saya sempat wara-wiri menyeberangi Selat Melaka dalam sebuah hajat meyakinkan kantor regional Universitas Terbuka (UT) Batam untuk mendapatkan izin membuka lagi Pokjar UT di daerah Semenanjung Malaysia agar layanan pendidikan jarak jauh bagi pekerja migran Indonesia di Malaysia, bisa lebih berkembang melalui strategi pemerataan dan keterjangkauan.
Keinginan dapat mendekatkan layanan pendidikan bagi pekerja migran Indonesia di daerah Melaka, Muar, dan Tangkak dengan membuka Pokjar UT Melaka, karena cara itulah, calon mahasiswa yang selama ini merasa berat bergabung dengan UT karena jauh bila harus berurusan ke Pokjar  UT Johor Bahru dan juga ke Pokjar UT Kuala Lumpur, akan menjadi tertarik untuk kuliah, bahkan yang belum mendapat informasi tentang keberadaan UT, bisa lebih gampang untuk disosialisasikan.Â
Sejarah UT Pokjar Melaka belum ditakdirkan untuk ditulis pada tahun 2018. Saaitu, kantor regional UT Batam memberikan syarat agak berat, harus 50 orang mahasiswa baru. Pengalaman selama ini, justru orang akan tertarik bergabung setelah institusi itu berjalan dan wujud kiprahnya terlihat nyata, baik dari pengurus maupun dari mahasiswanya itu sendiri.Â
Sebenarnya saya punya alasan mengapa meminta membuka Pokjar Melaka pada awal tahun 2018, waktu itu saya sudah yakin sekali jumlah mahasiswa di sana sudah mencapai 100 orang mahasiswa kalau disatukan mahasiswa baru dengan mahasiswa lama yang berdomisili di tiga daerah sekitar negeri Melaka.Â
Keputusan yang tidak memihak ke saya dan mahasiswa, saya terima dengan lapang dada, namun tak jua saya urungkan usaha membuktikan kepada kantor regional UT Batam bahwa jumlah mahasiswa dari Melaka dan sekitarnya semakin bertambah dari tahun ke tahun.Â
***
Pada akhir tahun 2018, tepatnya tanggal 12 Desember, sejarah itu memberikan sinyal baik, rektor UT Prof Ojat Darojat meminta agar jumlah mahasiswa UT di Malaysia mencapai angka seribu mahasiswa. Permintaan itu saya respon agar dapat mengakomodir berdirinya Pokjar Melaka dan selanjutnya Pokjar Kuching, Sarawak.
Saat itu, kami sambil makan siang menikmati nasi kebuli ala Hadramaut bilanan Bukit Bintang, Kuala Lumpur disepakati upaya peningkatan sosialisasi dan promosi UT di Malaysia dengan strategi menambah Pokjar. Â Ternyata usaha selama ini berbuah baik, apa yang saya perjuangkan menjadi kenyataan.
Turut mendengarkan niat baik yang saya sampaikan kepada Rektor Prof Ojat Darojat yaitu Wakil Rektor IV Dr. Liestyodono B. Irianto, Direktur UT Batam Eliaki Gulo, MM., Direktur UT Tarakan Dr. Milwan, Staf Rektor IV, Ibu Ace, Direktur BLBA UT Batam Albert Gamot Malau, Staf Atdikbud Erwinsyah dan Reza.
Awal Januari 2019, saya terima pesan singkat dari Pak Albert Gamot Malau atas arahan Direktur UT Batam Eliaki Gulo, MM., bahwa sudah dibenarkan menerima mahasiswa dengan kode ujian sendiri di Pokjar Melaka.
Segera saya teruskan kepada mahasiswa agar segera disosialisasikan kabar baik ini kepada semua mahasiswa UT yang berdomisili di daerah Melaka, Muar, dan Tangkak. Tentu ini suatu yang sangat menggembirakan karena efesiensi waktu mereka berurusan dan juga ujian serta menghemat biaya.