Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Giliran Siswa Bicara tentang PR

30 Juli 2018   20:30 Diperbarui: 30 Juli 2018   20:56 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu (26/7) pekan lalu, Sepuluh orang siswa kelas XI IPA Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) yang merupakan peserta kelas lintas minat mata pelajaran Sosiologi, mendiskusikan masalah pemberian pekerjaan rumah (PR) yang akhir-akhir ini mencuat dibahas dalam masyarakat Indonesia. Suasana diskusi berlangsung hangat karena ada pro dan kontra. Namun berakhir dengan sebuah kesepakatan yang justru tidak memihak kepada mereka.

Dalam masyarakat sendiri, larangan memberi PR kepada siswa, sebenarnya juga mendapat respon pro dan kontra dari berbagai kalangan. Dalam pertemuan dengan siswa lintas minta Sosiologi tersebut, ini saya ingin tahu bagaimana pendapat mereka terkait larangan pemberian PR.

Ternyata siswa sendiri tidaklah menolak pemberian PR kepada mereka, justru melihat PR itu penting karena mereka juga beranggapan bahwa dengan adanya PR, siswa akan terpancing untuk belajar atau mengulang kembali materi yang telah diajarkan di sekolah. Hanya saja kata mereka, PR harus proporsional karena perlunya waktu bermain yang cukup, termasuk membangun interaksi dengan keluarga selama berada di rumah.

Beberapa orang siswa yang pernah belajar di Sekolah Kebangsaan (SK) Malaysia, justru metode pemberian PR di sekolah-sekolah Indonesia masih relatif tidak memberatkan bila dibandingkan dengan PR yang diterima oleh siswa di sekolah-sekolah Malaysia. 

Intinya, segala sesuatu harus pada takarannya, serta mempertimbangkan situasi dan kondisi kegiatan siswa di sekolah supaya siswa dapat mengerjakannya dengan leluasa dan menyenangkan.

Mereka juga menyebutkan bahwa di sekolah tempat belajar, di rumah tempat membangun interaksi dengan keluarga, namun demikian mereka senang ada PR selama itu proporsional dan tidak memberatkan. Jadi larangan memberikan PR itu tak selamanya dilihat membebankan siswa. Buktinya siswa lintas minat Sosiologi tersebut suka dengan adanya PR.(*)

Sekadar berbagi dari Negeri Jiran.

KL: 30072018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun