Masalah PR yang selama sepekan terakhir menjadi perbincangan seputar dunia pendidikan tanah air, saya sempat menulisnya di Kompasiana.com dengan judul: PR Itu Bagian dari Pendidikan Karakter yang dapat dibuka melalui tautan berikut: https://www.kompasiana.com/thsalengke/5b5013d7677ffb758840e3e4/pr-itu-bagian-dari-pendidikan-karakter
Saya sangat tertarik dengan beberapa masukan dari para Kompasiner yang secara garis besar berkomentar mendukung ada PR tetapi harus proporsional dan intinya jangan sampai membebani peserta didik.
Berikut komentar pembaca di Kompasiana sbb:
S. Aji -- Saya setuju PR masih harus ada, Om. Ada PR saja gak bisa jauh dari gawai dan playstation atau warnet anak-anak zaman kiwari. Tinggal dibicarakan antara proporsi dan beban anak saja, ya Om.
Salam Om
Mom Abel -- Setuju. PR tetap perlu namun dalam batas kewajaran baik materi dan tenggang waktu. Seringkali PR banyak dan dikumpul besok, itu yang membuat anak bisa jadi tertekan dan tidak bahagia. Salam
Irwan Rinaldi Sikumbang -- Sependapat, PR itu penting. Tapi juga perlu kreativitas dalam menyusun PR, bukan copy paste
Suko Waspodo -- Dalam porsi yang wajar dan kreatif maka PR sungguh sangat berguna. Salam hangat.
Giri Lukmanto -- Apalagi kalau beban PR lebih berat dari sekolah ya pak..
Salam
Indria Salim -- Sependapat, Pak. Pendidikan itu proses panjang dimulai sedini mungkin, antara lain melalui penanaman kesadaran untuk bertanggung jawab dan disiplin. Salam hangat.
Latifah Maurinta -- Memang bagus untuk melatih kedisiplinan. Tapi bisa menjadi beban dan menyita waktu. Anak jadi tak punya waktu untuk mengembangkan diri dan mempelajari hal2 lain.
Bagaimana pun, kita juga harus menghargai waktu anak-anak ketika berada di rumah bersama keluarga dan teman sepermainan mereka. Jadi PR itu perlu dengan catatan mempertimbangkan kepatutan, proporsional serta tidak asal memberi tugas tetapi senantiasa dalam koridor mendidik karakter anak untuk disiplin dan bertanggung jawab.(*)