Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Itu Bagian dari Pendidikan Karakter

19 Juli 2018   11:30 Diperbarui: 19 Juli 2018   12:10 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekerjaan Rumah atau biasa disingkat PR itu kembali menjadi isu hangat dalam dunia pendidikan. Mengapa bisa demikian? Jawaban sederhannya karena para pakar pendidikan di tanah air hanya melihat kepada beban yang ditanggung peserta didik saat kembali ke rumah yang ingin melihat anak-anak sekolah benar-benar bisa beristirahat dan tidak menyentuh lagi masalah sekolah.

Sementara itu, insan pendidik yang menjadi pelaku langsung di sekolah melihat bahwa pemberian PR kepada peserta didik sebagai bagian dari kesinambungan belajar dimana siswa bisa mendalami apa yang kurang jelas atau belum dipahami saat di sekolah karena waktu yang terbatas, maka diberilah tugas belajar dalam bentuk PR. 

Memang semua pihak yakini bahwa pemberian PR bisa dinilai dari dua sisih yakni positif dan negatif. Positifnya menjadi pengalihan perhatian peserta didik terhadap hal-hal negatif dan memastikan mereka tetap belajar saat kembali ke rumah. Tetapi banyak juga yang keberatan karena melihat dari sisih negatifnya yaitu alasan bahwa PR telah membebani anak.

Ketika para pakar pendidikan di tanah air menghembuskan isu "murid terbeban dengan pemberian PR" maka sontak masalah ini disambut baik oleh para siswa dan juga orang tua siswa yang tidak suka anaknya melakukan pekerjaan sekolah saat berada di rumah.

Kalau kita tanya kepada siswa suka tidak suka dengan PR, saya yakin mayoritas akan menjawab tidak suka. Hal ini didasari oleh minimnya kesadaran siswa secara umum saat berada di bangku persekolahan. Siswa dalam umur wajib sekolah justru cenderung ingin bermain-main saja. Oleh karena itu, guru harus lebih tegas dan sedikit memaksa siswa untuk belajar baik di sekolah mau pun di rumah, salah satunya lewat metode pemberian PR.

Namun demikian, mengingat tidak semua siswa datang dari keluarga yang mampu, maka guru harus berhati-hati saat memberikan PR. Pemberian PR bisa berdampak baik dan juga bisa juga negatif. Hendaknya memperhatikan aspek kewajaran supaya tidak membebani, apalagi banyak orang tua siswa yang memerlukan tenaga anak mereka untuk bekerja, membantu ekonomi keluarga.

Sebenarnya dengan adanya PR, mendidik anak berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru di sekolah. Dan membiasakan peserta didik dengan sikap tanggung jawab itu adalah  pendidikan karakter sekaligus sebagai salah cara guru untuk memastikan peserta didik itu belajar mengulangi pelajaran di rumah. Minimal waktu mereka di rumah tidak terlalu terbuang untuk bermain game online bahkan bisa membuka situs-situs terlarang sehingga anak menjadi abai terhadap pelajaran sekolah.

Agar tidak menjadi beban, maka perlu dibicarakan dengan baik kewajaran memberikan PR kepada anak supaya PR yang bertujuan untuk memancing dan memastikan anak itu belajar ketika berada di rumah. PR itu jelas mendidik karakter bertanggung jawab peserta didik terhadap tugas yang diamanatkan oleh guru di sekolah, hanya saja perlu disesuaikan agar kekhawatiran masyarakat benar-benar tidak terjadi saat niat baik itu dilaksanakan. Masalah PR itu sederhana, intinya jangan sampai membebankan!(*)

Sekadar berbagi.]

KL: 19072018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun