"Wuih sering banget, Pak!" jawabnya sedikit semangat.
Dia jadi curhat banyak hal, dari status kontrak para pramugari hingga sikap kasar penumpang yang pernah dialaminya.
Menurut kisahnya, bahkan pernah ada penumpang yang sampai bilang "makan itu "tai" kalau tidak bisa memberi layanan yang baik," tuturnya sambil memperlihatkan wajah sedihnya.
Banyak kejadian perilaku tidak sopan penumpang pesawat termasuk penumpang yang menggodanya juga bahkan memberikan isyarat "fuck" kepadanya.
"Kami capek terbang estafet dari pagi sampai malam," keluhnya lalu memaparkan bahwa hari ini dia dan kru lainnya terbang dari pagi untuk rute Jakarta-Medan-Pekan Baru-Padang-Batam-Bangka-Palembang-Jakarta dan diceritakan bahwa setiap tempat selalu saja ada masalah yang tidak mengenakkan dengan sikap penumpang di dalam pesawat.
Obrolannya tersekat gara-gara ada kode komunikasi bahwa pesawat akan merendahkan ketingginggian jelajah terbangnya karena waktu mendarat sudah dekat. Dengan cekatan dia menggapai alat komunikasi ke cockpit.
Cuaca selama penerbangan dilaporkan baik, hanya saja sedikit berawan. Dari jendela pesawat, tampak bintang bertebaran di langit dan bulan sabit yang malam sebelumnya pernah kufoto dari alun-alun kota Pangkal Pinang. (Baca: Bulan Sabit di Langit Bangka).
Setelah ngobrol-ngobrol selama 20 menit, akhirnya pesawat berhasil mendarat dengan selamat.
Saya dan pramugari Nindy juga penumpang di sebelahku tetap duduk manis sampai pesawat benar-benar berhenti sempurna di bandara Sultan Mahmud II, Palembang.
Karena Nindy berdiri, juga penumpang sebelahku berdiri, kuikut berdiri tuk mengambil koper dan ransel kecil di kabin yang sudah dibuka oleh Nindy.
"Terima kasih ngobrol-ngobrolnya ya Pak, selamat beristirahat dan sampai jumpa di lain kesempatan," ucap Nindy sambil tersenyum akrab.