Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Ngabuburit ke "Ngabuburead"

5 Juni 2018   10:48 Diperbarui: 5 Juni 2018   23:44 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa istilah kata "ngabuburit" berasal dari bahasa Sunda. Kata "burit" memberi maksud waktu sore, senja, atau menjelang Magrib. Maka bermasyarakatlah terminologi "ngabuburit" yang merujuk kepada kegiatan menunggu berbuka puasa di sore hari.

Menunggu waktu berbuka puasa oleh sebagaian kaum muslimin yang berpuasa diisi berbagai kegiatan, ada yang sibuk di kantor, olahraga, berbisnis pakaian, membuka gerai makan, memasak, silaturrahmi, tadarrus al-Qur'an, menulis, memancing, dan sebagainya. Apa pun itu, sering disebut "ngabuburit" yang walau pun istilah tersebut sama sekali tidak muncul di bulan lain padahal juga kita melakukan kegitan serupa.

Oleh karena itu, terminologi "ngabuburit" cenderung dikhususkan untuk kegiatan menjelang berbuka atau menunggu berbuka puasa pada bulan Ramadan. Di balik istilah ini, tersimpan makna bersama-sama melakukan aktivitas untuk berbuka puasa Ramadan.

***

Mahasiswa Universitas Terbuka Pokjar Kuala Lumpur (UTKL) mensikapi waktu menjelang berbuka puasa dengan kegiatan ilmiah yakni literasi yang disebut "ngabubu-"read." Dua hari yang lalu, mereka dari kelompok kepenulisan UTKL "Aurora," berkumpul di surau Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dengan membawa buku kegemaran masing-masing. Selama 60 menit mereka berdiskusi dan menceritakan kembali hasil bacaan yang dapat dijadikan pelajaran dan motivasi.

Ngabubu-"read" Sebuah kegiatan ilmiah yang sangat menginspirasi sekaligus menghapus stigma bahwa orang muslim hanya sibuk mengurus makanan ketika waktu sore tiba. Mahasiswa UTKL memasukkan elemen-elemen ilmiah dan sosial saat ngabuburit, ketika "mungkin" semua orang sibuk memikirkan menu untuk berbuka puasa. 

Pun demikian, mereka tidak mengurangi esensi ngabuburit secara umum, bahkan lebih dari yang masyarakat bayangkan, karena setelah masing-masing menceritakan isi buku, mereka beriringan membawa kardus berisi makanan yang telah disediakan untuk dibagikan kepada siapa saja yang mereka temui di sepanjang jalan daerah Chowkit, Kuala Lumpur. 

Sebagai Koordinator UT di Malaysia, saya merasa senang mendampingi kegiatan para mahasiswa UTKL yang notabene para pekerja migran Indonesia. Sebuah kegiatan ibadah bernuansa ilmiah, sosial, dan persaudaraan.(*)  

Kuala Lumpur 3 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun