Masyarakat di alam Melayu memiliki tradisi tersendiri untuk memeriahkan bulan suci Ramadan. Di Malaysia, sangat menonjol adalah aktivitas ekonomi, di sana sini menjamur berdiri Bazar Ramadan baik di kampung juga di kota-kota besar.
Sementara itu, di masjid-masjid, selalu ada program membagikan bubur khas Ramadan "Bubur Lambuk" yang menjadi kegemaran masyarakat Melayu Malaysia. Di semua masjid juga menyediakan hidangan berbuka puasa bagi siapa saja yang ingin berbuka karena karena tidak sempat pulang berbuka di rumah.
Situasi Ramadan di Malaysia cenderung menonjol aktivitas ekonomi berbanding tradisi budaya sebagaimana yang ditonjolkan oleh setiap suku di tanah air dengan kreativitas budaya masing-masing. Namun demikian, hari-hari di bulan suci Ramadan di Malaysia, tetap tampak meriah apalagi bila kita bersedia meluangkan waktu pergi berburu takjil ke Bazar Ramadan terdekat.
***
Membuka tapak gerai untuk berjualan di Bazar Ramadan tidaklah gratis. Walau harus membayar administrasi kepada pihak penyelenggara dari dinas pemerintah kota setempat, namun tidaklah mahal.
Para peniaga cukup merogoh kantong RM30 per hari (sekitar Rp. 100.000) sudah bisa berjualan aneka masakan. Namun calon peniaga, harus mengurus perizinan jauh-jauh hari sebelum tibanya bulan Ramadan ke dinas perintah setempat dengan sejumlah bayaran tertentu.
Hal serupa saya alami di negara tetangga lainnya seperti Thailand selatan, Singapura, dan juga Brunei Darussalam. Tentu hal serupa juga mewarnai hari-hari Ramadan di tanah air. Namun di kampung halaman, walau tak ada Bazar Ramadan kita tetap bisa menikmati aneka kuih muih dan lauk pauk yang nikmat karena tradisi di kampung, masyarakat akan saling memberikan apa yang mereka masak ke sanak saudara dan jiran tetangga.(*)
Sekadar berbagi cerita situasi menyemarakkan Ramadan di Negeri Jiran.
KL: 18052018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H