Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyatukan Niat Jemaah Umrah dengan Pengusaha "Travel"

29 Maret 2018   07:48 Diperbarui: 29 Maret 2018   08:35 7147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses dan hasil dari sebuah perbuatan sangat bergantung pada niat. Judul di atas agak terkesan memaksa, tetapi akan menjadi satu cara untuk meminimalisasi terjadinya hal yang selama ini memblit para jamaah sehingga timbul sebuah rasa trauma di kalangan warga untuk menunaikan ibadah umrah, apalagi calon jamaah dari kalangan ekonomi rendah yang untuk dapat mengumpul uang sejumlah tertentu membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya.

Sulit memang untuk bisa menyatukan niat antara jamaah umrah dan tujuan pengusaha travel. Pasalnya dua pihal ini pada prinsipnya memiliki tujuan yang berseberangan dimana jamaah umrah berniat semata untuk ibadah sementara pihak pengusaha travel bertujuan untuk mendulang keuntungan dari bisnis yang dikelolahnya.

Lantas bisakah disamakan niat kedua pihak tersebut? Sebenarnya bisa-bisa saja karena segala kebaikan bisa bernilai ibadah asal saja niat berbisnis perusahaan jasa travel umrah adalah untuk membantu dan mempermudah para jamaah ke tanah suci menjadi tamu Allah dan disamping itu mendapat keuntungan daru usaha yang dijalankan.

Di sini saya bukan bermaksud untuk berkhutbah atau sok tahu perihal agama, tetapi jamak pasti maklum bahwa siapa saja yang mempermudah jalan menuju kebaikan, maka orang tersebut juga akan mendapat kebaikan (pahala) selain keuntungan dari bisnisnya. Tetapi sayang sekali, hal inilah yang dilupakan oleh beberapa travel umrah yang "nakal."

***

Kejadian penipuan berkedok ibadah ke tanah suci Mekah seperti yang dilakukan oleh First Travel, SBL, dan juga Abu Tours adalah sekelumit cerita yang muncul ke permukaan. Tentu tidak menutup kemungkinan masih banyak travel umrah lainnya yang memanfaatkan kata "ibadah" dan "pepatuhnan" yang hingga kini tidak mencuat ke publik.

Yang perlu dicamkan adalah peristiwa pahit yang dialami oleh korban penipuan travel umrah di Indonesia bisa menjadi pelajaran berharga bagi pengusaha travel umrah lainnya dan juga bagi jamaah umrahseluruh Indonesia karena justeru dalam urusan ibadah penipuan sangat mudah terjadi karena para jamaah tidak mau mengganggu niat suci mereka untuk beribadah.

Tetapi bagaimana dengan orang yang menipu kita yang mengakibatkan kerugian uang dalam jumlah yang pantastis? Apakah kita akan diam saja atau protes? baik waktu berada di Indonesia atau saat merasakan hal yang tidak baik di tanah suci? 

Kewajiban dan hak dapat berjalan secara berbarengan. Apabila sudah menunaikan kewajiban, maka kita berhak mendapat apa yang seharusnya sesuai janji para pengusaha travel. Jadi kalau tidak ditunaikan, maka harus memperjuangkannya walau pun pada saat menjalankan ibadah di tanah suci.

Saya melihat bahwa penipuan berkedok ibadah justru sangat rentan terjadi karena korban lebih enggan protes mengingat berkaitan erat dengan keberlangsungan ibadah di tanah suci yang sering diceritakan orang-orang yang intinya jamaah tidak boleh ngomel atau berperilaku tidak baik di tanah suci karena bisa berlku hal-hal yang tidak baik yang diterima langsung oleh para jamaah.

Hal tersebut membuat para jamaah yang menerima layanan tidak sesuai perjanjian dari perusahaan travel baik itu sebelum berangkat atau saat berada di tanah suci akan memilih menerima saja dan berusaha ikhlas karena tidak ingin memperpanjang masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun