Di Malaysia, buruh perkebunan kelapa sawit di wilayah Semenanjung, didominasi oleh pekerja asal Lombok (NTB) dan Flores (NTT). Manakala untuk wilayah Sabah dan Sarawak (Borneo), selain dari Lombok dan Flores, juga banyak pekerja asal Kalimantan dan Sulawesi. Di sektor ini, cenderung banyak masalah eksploitasi, salah satunya upah buruh yang rendah.
Walaupun demikian, para buruh tidak punya pilihan karena rata-rata berpendidikan rendah. Kondisi ini rentan terjadi eksploitasi dan berpotensi terjadinya penipuan khususnya terhadap mereka yang bekerja secara ilegal (undocumented).
**
Walau sudah lama berdomisili di Malaysia dan banyak berkecimpung dengan buruh migran Indonesia asal Lombok saat bergabung sebagai staf khusus National Union Plantation Worker (NUPW, yakni sebuah badan otonom yang mengawasi perkebunan kelapa sawit di Semenanjung Malaysia), tetapi saya baru tahu bahwa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Lombok rata-rata hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan bahkan banyak dari mereka yang belum lulus SD.
Kedengarannya memang miris, tetapi itulah faktanya yang diakui oleh Staf Dinas Tenaga Kerja NTB saat pertemuan khusus Sekda NTB dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTB bersama rombongan guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur di kantor Gubernur NTB awal Januari 2018 lalu.
Namun demikian, Nusa Tenggara Barat tetap gencar meningkatkan layanan pendidikan dan menurunkan angka anak umur sekolah yang tidak mendapat layanan pendidikan dasar dan menengah khususnya anak-anak yang berdomisili di lingkungan objek-objek pariwisata. Saya amati, saat berkunjung ke sebuah destinasi wisata pantai misalnya, memang banyak anak usia sekolah dasar dan menengah yang giat mencari rezeki usai sekolah dengan menawarkan jasa pemotretan dengan keterampilan tinggi.
**
Ke depan Pemda NTB hanya akan mengirim tenaga kerja ke Malaysia yang memiliki keterampilan kerja yang baik, minimal mereka yang telah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan telah lulus bimbingan di Balai Latihan Kerja (BLK).
Hal yang paling peting dan menonjol dibahas serta akan ditindaklanjuti ke depan adalah kerja sama pendidikan yang kemungkinan besar diimplementasikan dalam bentuk pertukaran guru dan siswa. Guru dan siswa SMA/SMK di Lombok yang akan dikirim ke Malaysia diharapkan dapat menjadi duta daerah, menjalankan misi diplomasi budaya untuk mensosialisasikan budaya lokal dan prospek pariwisata daerah Lombok yang selama ini semakin masyhur di Malaysia.(*)
Sekadar berbagi agar bersama-sama menghindari eksploitasi buruh migran Indonesia di negeri rantau.
Mataram: 05012018