Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersekolah Apakah Sama dengan Berpendidikan?

14 November 2017   08:48 Diperbarui: 14 November 2017   09:17 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok.sinarharapan.net

"Orang berpendidikan bukanlah yang bersekolah tinggi, tetapi yang bisa menebar kebaikan dan bermanfaat bagi orang di sekitarnya."Demikianlah kata yang bisa saya rangkaikan menjadi sebuah kalimat bijak di pagi ini, untuk membedakan orang yang berpendidikan dan orang yang bersekolah.

**

Umumnya masyarakat kita cenderung mengartikan orang yang berpendidikan itu adalah mereka-mereka yang bersekolah tinggi. Demikian juga terminologi orang yang berpendidikan disamakan dengan orang cerdas dan berprestasi dalam akademik, sehingga tak heran kalau orang berpendidikan dikaitkan dengan mereka-mereka yang bisa masuk ke perguruan tinggi tersohor baik di dalam maupun di luar negeri .

Masalahnya, apakah "iya" orang yang berpendidikan itu mutlak berkaitan erat dengan mereka yang bersekolah tinggi dan jebolan perguruan tinggi bergengsi?

Bagi saya pribadi, bersekolah baik formal maupun non formal merupakan salah satu jalan seseorang menjadi pribadi yang terdidik atau berpendidikan. Namun jelas tidak serta merta mereka yang bersekolah tinggi bisa dijamin menjadi individu terdidik atau berpendidikan. 

Tokoh-tokoh penggiat pendidikan Indonesia zaman dulu bisa dikatakan tidak bersekolah layaknya kita di zaman sekarang. Mereka cukup mengkaji buku-buku bersama gurunya di rumah ibadah, di bawah pohon, di pondok-pondok pesantren dan sebagainya tetapi justru menjadi figur bangsa yang dipanuti.

Banyak sekali contoh putra-putri Indonesia yang tersohor justru bukan jebolan perguruan tinggi tersohor dunia. Sebut saja Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Ki Hajar Dewantara, Dewi Sartika, R.A. Kartini, M. Natsir, dan sederet nama lainnya yang hingga kini disebut-sebut sebagai insan terdidik dan kiprah mereka dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi.

Jadi jelas sekali bahwa untuk menjadi orang terdidik dan berpendidikan tidak mutlak lewat bangku sekolah atau perguruan tinggi, tetapi bisa kita didik diri kita sendiri , tidak mutlak harus melalui bangku sekolah atau kampus perguruan tinggi yang mentereng. Orang yang berpendidikan tinggi kadang juga memperlihat kelakukan yang merugikan orang banyak

Oleh karena itu, untuk menjadi individu yang berpendidikan tidak mutlak mereka yang bersekolah tinggi di perguruan tinggi ternama atau bekerja di instansi pemerintahan yang berprestise tinggi. 

Nah mari kita evaluasi bersama terkait pemahaman umum masyarakat kita bahwa bersekolah sama dengan berpendidikan. Lalu bagimana dengan para petinggi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah yang gelarnya sudah berderet panjang, mulai dari gelar agama hingga gelar akademik, tetapi tidak amanah terhadap rakyat yang dipimpinnya?

Semoga kita semua bisa memikul gelar dan secara bersamaan juga memikul tanggung jawab sesuai amanah dan harapan agar tampak sebagai pribadi terdidik dan berpendidikan.(*)

Sekadar renungan pagi

KL:14112017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun