Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) se-Malaysia baru saja usai menggelar Kompetisi Sains, Seni, dan Olahraga (KS2O) yang dihelat di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Sabah. Ajang kompetisi anak-anak Indonesia di luar negeri yang diinisiasi oleh Prof. Dr. Ari Purbayanto, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur itu, merupakan yang ketiga kalinya sejak mulai diadakan pada tahun 2015 yang lalu.
Siswa SILN yang menjadi peserta KS2O tahun 2017 berasal dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB), Community Learning Center (CLC) Sabah A, CLC Sabah B, dan CLC Sarawak. Selain itu, kompetisi kali ini juga diikuti oleh siswa dari SILN di negara tetangga seperi Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Sekolah Indonesia Singapura (SIS), dan Sekolah Indonesia Davao (SID) Filipina.
Selama ini, anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di kota-kota besar dan Community Learning Center (CLC) di perkebunan kelapa sawit Malaysia, tidak memiliki wadah mengembangkan diri dan berkompetisi dalam bidang akademik, seni dan olahraga secara khusus. Pemerintah Indonesia jarang sekali mengundang siswa-siswa Indonesia di luar negeri untuk mengikuti olimpiade-olimpiade nasional bagi siswa sekolah. Padahal kemampuan bidang akademik dan non akademik mereka tidak kalah dengan anak-anak sekolah di tanah air yang bersekolah dengan sarana aktivitas belajar yang lengkap dan bagus.
Untuk mengukur kemampuan akademik dan non akademik anak-anak Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia, maka Atdikbud KBRI Kuala Lumpur sejak tiga tahun yang lalu yakni sejak dirinya menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di kntor perwakilan RI Kuala Lumpur, secara rutin menyelenggarakan kompetisi bagi anak-anak Indonesia di Malaysia.
Supaya teruji mental dan sekaligus terukur tingkat daya saing anak-anak TKI di Malaysia, maka Atdikbud KBRI Kuala Lumpur juga mengundang peserta khusus siswa SILN dari negara lain seperti Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Sekolah Indonesia Singapura (SIS), dan Sekolah Indonesia Davao (SID). Mayoritas peserta merupakan anak-anak TKI yang bekerja di perkebunan kelapa sawit Negeri Jiran.
Walaupun sehari-hari menimbah ilmu di Community Learning Center (CLC) yang dibangun dengan segala keterbatasan oleh perusahan tempat orang tua mereka bekerja, tetapi semangat juang mereka sungguh luar biasa dan diancungkan jempol. Mereka mendominasi perolehan medali dalam berbagai bidang mata lomba yang dipertandingkan.
**
Catatan sekolah peraih juara umum Kompetisi Sains, Seni, dan Olahraga (KS2O) adalah sbb: Juara umum KS2 di Kuala Lumpur tahun 2015 diraih oleh SIKL, KS2 di Johor Bahru tahun 2016 juga diraih oleh SIKL, dan KS2O di Kota Kinabalu, Sabah, piala bergilirnya jatuh ke Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) yang siswa-siswanya adalah 95 persen merupakan anak TKI pekerja kebun kelapa sawit. Siswa-siswa tersebut juga selain belajar dari pagi sampai siang, usai sekolah banyak dari mereka yang ikut membantu orang tuanya bekerja memilih benih kelapa sawit yang bertebaran saat buah yang besar itu dijatuhkan dari pohonnya.
Bukan saja anak-anak yang bersekolah di SIKK saja yang telah membuktikan kehebatan dan semangat juangnya yang tinggi, namun anak-anak TKI yang bersekolah di CLC yang 100 persen anak buruh kebun kelapa sawit di Sabah dan Sarawak dengan fasilitas yang sederhana juga telah membuktikan kemampuan yang sangat menonjol berbanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini mereka meraih medali yang banyak walaupun belum muncul sebagai juara umum karena tidak memiliki peserta jenjang SMP dan SMA. Tentu talenta mereka harus selalu dikembangkan melalui berbagai kegiatan akademik dan ekstra kurikuler.
Dari kompetisi ini terbukti bahwa anak-anak TKI di perkembunan kelapa sawit yang jauh dari suasana kota besar, belajar dengan fasilitas terbatas dan kurangnya tenaga pengajar, mereka benar-benar mampu bersaing dengan anak-anak yang bersekolah di kota dengan fasilitas yang cukup memadai.