Jamak mengetahui bahwa rezeki, jodoh dan kematian adalah rahasia Tuhan. Tiga hal tersebut, menjadi sebuah ketentuan--takdir--yang sudah tertulis dan tidak bisa maju atau mundur sedikit pun. Intinya manusia akan tertuntun untuk mencapai tiga hal yang menjadi teka teki bagi diri setiap mahluk yang bernyawa.
Bayangkan kalau memang menulis bisa memperpanjang umur manusia, pasti banyak yang ikut kursus jurnalistik atau berprofesi sebagai wartawan, kolumnis, cerpenis dan sebagainya. Dengan demikian, bukan berarti kalau manusia ingin bertengger lama di dunia yang fana ini tetapi karena ingin selalu menebar kebaikan secara langsung kepada sesama manusia dan alam sekitarnya.
Lalu apa hubungan denga menulis bisa panjang umur? Apakah dengan menulis usia manusia benar-benar akan bertambah panjang dari ketetapan ilahi?
Jawabannya tentu tidaklah demikian adanya. Ketika jamak mengetahui dan menyakini bahwa rezeki, jodoh, dan kematian menjadi sebuah ketentuan takdir yang tidak bisa maju atau mundur sebagaimana telah saya katakan tadi di awal tulisan ini, maka menulis bukanlah resep obat untuk memperpanjang umur, tetapi banyak pihak yang meyakini kalau menulis bisa memperpanjang umur seseorang.
Saya pun yakin bahwa dengan menulis bisa menjadikan seseorang layaknya panjang umur karena ruhnya tetap hidup bersama ide-idenya yang tertuang dalam tulisan. Walaupun jasadnya sudah dimamah tanah tetapi pengajaran dalam tulisannya tetap hidup dan dibaca orang serta dipedomani layaknya sang penulis berbicara langsung dikala ia masih hidup.
Nabi Muhammad SAW disebutkan sebagai nabi sepanjang hayat karena sabda-sabdanya yang tetap dipedomani selama hidup manusia hingga datangnya hari kiamat.
Para sahabat meriwayatkan dan menyebarkan lewat hadis-hadis yang sahih. Ulama dan ustadz selalu mengutip sabdanya dalam setiap dakwah dengan harapan dapat dibaca dan diamalkan oleh umat manusia sampai kapan pun. Jasad nabi Muhammad SAW sudah tersemayam di alam kubur tetapi ruhnya tetap hadir dalam diri umatnya melalui syariat yang diajarkan kepada umatnya.
Mahatma Gandhi misalnya, kata-katanya selalu dikutip dan dicatat dengan baik oleh para penulis tersohor dunia karena ajarannya yang dirasakan sangat baik dan humanis. Dikembangkan dan telah mewarnai kehidupan manusia dewasa ini.
Coretan singkat Soekarno dalam teks proklamasi tetap dikenang, disebut, dan penulisnya dibanggakan karena kiprahnya yang besar terhadap bangsa Indonesia yang diabadi serta dijabarkan dalam berbagai tulisan. Tulisan-tulisan tangan Soekarno dan tulisan-tulisan tentangnya tidak pernah mati, senantiasa hidup di sanubari rakyat Indonesia bahkan dalam ingatan masyarakat dunia.
Syair dan puisi serta kisah yang ditulis oleh para sastrawan dunia senantiasa hidup sampai sekarang. Coba kita lirik keabadian kisah Adam dan Hawa, kisah para rasul dan nabi-nabi Allah, juga bisa kita lihat bagaimana hidupnya kisah-kisah tauladan yang terangkum dalam "Kisah 1001 Malam", serta kisah-kisah inspiratif lainnya yang tetap kita baca hingga ke hari ini.
Di Indonesia, nama para pejuang kemerdekaan senantiasa hidup hingga sekarang, kiprah Wali Songo, dan ulama besar Indonesia sepertu Buya Hamka yang senantiasa hidup melalui tulisan-tulisannya yang bernas walau jasad sudah lama masuk ke alam barzah.