Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi 10 Hari Pertama Ramadan

7 Juni 2017   18:13 Diperbarui: 8 Juni 2017   05:54 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERSIS ibarat pertandingan olah raga, ada babak penyisihan, babak semifinal, dan babak final. Bulan Ramadan juga dibagi tiga yakni 10 hari pertama dimana Allah akan menurunkan rahmatNya, 10 hari kedua diturunkan pengampunan (magfirah) kepada siapa saja yang berpuasa sesuai ketentuan yang ditetapkan. Dan 10 hari terakhir seperti hal babak final, hamba yang telah berhasil meraih rahmat dan magfirah, maka akan menuju satu fase kemenangan yakni pembebasan dari siksa api neraka.

Dalil yang memperkuan keterangan tersebut di atas, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dimana Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat (rahmah), pertengahannya maghfirah (keampunan), dan akhirnya itqun minan naar (pembebasan dari api neraka)”.

**

Masalahnya, apakah 10 hari pertama Ramadan sudah dijalankan dengan baik dan penuh perhitungan sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadis yang bermdiriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan berharap pahala dari Allah maka akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu”.

Rahmat pada 10 hari pertama bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan limpahan pahala dari berbagai amalan yang dilakukan oleh hambaNya yang berpuasa. 10 hari pertama dilihat sebagai fase peralihan yang situasinya cukup berat karena selama ini kebiasaan makan-minum, tiba-tiba semuanya harus berhenti.

Dalam fase peralihan ini, diharapkan agar semuanya berjalan seperti biasa, tetap dengan segala aktivitas sehari-hari serta meningkatkan volume ibadah. Jangan sampai dengan alasan berpuasa, tidak makan dan minum, produktivitas diri jadi menurun.

Dianjurkan kepada semuanya supaya memanfaatkan hari-hari di bulan Ramadhan sebagai ladang ibadah dengan memperbanyak ibadah baik wajib maupun sunnah serta hal-hal sosial kemasyarakatan karena di bulan suci, ibadah wajib akan dilipat gandakan pahalanya, sementara ibadah sunnah dinilai seperti pahala ibadah wajib. dan yang lebih menarik, apapun bentuk kebaikan akan dinilai sebagai ibadah.

**

Yang saya amati, awal masuk bulan puasa, masih banyak yang sibuk belanja di mall atau super market padahal seharusnya bermulanya solat tarawih untuk malam pertama. Tak sedikit juga yang hanya sibuk mementingkan takjil dan pernak pernik hidangan berbuka. Semangat dengan makan mewah ala buffet hingga kekenyangan yang akhirnya badan lemas tidak sanggup pergi ke masjid untuk tarawih.

10 hari pertama sudah berlalu, apabila belum maksimal, hendaknya di 10 hari kedua bisa lebih maksimal supaya keampunan yang dijanjikan Allah kepada siapa saja yang berpuasa bisa kita peroleh. Amin ya Rabb.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun