Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memperingati Hari Kartini Tidak Selalu Identik dengan Kebaya

22 April 2017   13:08 Diperbarui: 22 April 2017   22:00 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpakaian adat daerah Sumbawa dalam acara peringatan Hari Kartini di Taliwang, Sumbawa Barat. Foto/Dok.Susi Asrini.

SETIAP tanggal 21 April, masyarakat Indonesia akan memperingati tokoh perempuan, Raden Ajeng Kartini. Putri seorang pejabat tinggi daerah Jepara merupakan pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini dikenal giat dalam pendidikan dan berjasa menyadarkan bangsa Indonesia akan pentingnya kesetaraan gender karena baginya, perempuan merupakan bagian dari pilar bangsa.

Kartini adalah tokoh perempuan Jawa yang diidentikkan dengan kebaya dan sanggul. Untuk itu, memperingati Hari Kartini seolah-olah tidak sah kalau tidak berkebaya.

Secara semiotik, kebaya dan sanggul jelas memiliki maksud dan arti tersendiri sebagai media komunikasi status seseorang. Manakalah dari konteks sosiologi, kedua hal tersebut berkaitan erat dengan status kelas atau golongan. Contohnya, semakin besar dan tinggi posisi sanggul, menandakan orang tersebut datang dari golongan kelas atas seperti bangsawan atau ahli keluarga tuan tanah yang hartawan.

Kebaya sudah menjadi pakaian nasional bagi perempuan Indonesia. Berangkat dari itulah ketika memperingati hari atau tokoh nasional, hari ulang tahun kemerdekaan, menghadiri acara resmi kebangsaan, kaum perempuan cenderung akan mengenakan kebaya.

Namun demikian, memperingati hari besar—termasuk Hari Kartini—tidaklah harus memakai kebaya tetapi dapat menyesuaikan dengan tempat, kondisi daerah, cuaca dan lain sebagainya. Saya yakin R.A. Kartini senang kita tampil bangga dengan ciri khas daeah masing-masing.

Harus dicatat bahwa partisipasi seseorang dalam sebuah hajat bersama, jauh lebih penting dari sekadar kebaya dan sanggul. Kartini-pun ingin kita cerdas mensikapi setiap permasalahan yang ada tanpa mengurangi esensi yang terkandung di dalamnya.

Akan lebih meriah peringatan Hari Kartini apabila masing-masing anggota masyarakat memakai pakaian tradisi dan adat sitiadat masing-masing, karena R.A. Kartini ingin kita tampil dengan penuh percaya diri dan berwawasan yang luas mengusung persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun