Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencerdaskan Anak Bangsa di Negeri Jiran

15 Februari 2017   21:56 Diperbarui: 15 Februari 2017   23:11 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover buku Mencerdaskan Anak Bangsa di Negeri Jiran. Foto: THS

Permasalahan pendidikan anak bangsa di negeri jiran, Malaysia, cukup beragam. Sebuah buku setebal 143 halaman karya Prof. Ari Purbayanto memaparkan banyak hal. Buku yang tergolong ringan untuk dibaca itu menjadi lebih enak dicerna dengan suguhan pantun-pantun sebagai jeda pada setiap artikel. Pantunya kocak, membuat saya tersenyum sendiri. Dan saya sangat suka.

Masalah yang dipaparkan merupakan buah dari migrasinya secara besar-besaran masyarakat Indonesia ke Malaysia. Memang merantau ke suatu tempat bukanlah hal yang mudah seperti membalik telapak tangan. Ada sederet masalah yang menghalang, dan itu kadang kita terlupa untuk memikirkannya.

Merantau untuk memperbaiki ekonomi keluarga kadang tercapai, dan sering juga gagal. Dilema sekali memang. Fakta merantaunya orang zaman dulu dengan sekarang sangat berbeda. Kalau zaman dulu, dominan untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Tetapi zaman sekarang, merantau untuk berbagai kepentingan termasuk mencari uang agar bisa membiayai pendidikan anak-anaknya.

Permasalahan pendidikan bagi anak bangsa Indonesia di negeri rantau, dikupas oleh Prof Ari Purbayanto dengan gaya bahasa yang santai. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur ini, menceritakan bagaimana kiprah dan gebrakannya sebagai atase di kantor perwakilan RI tersibuk di dunia untuk melakukan diplomasi pendidikan di Malaysia.

Dalam buku terbitan Inspira yang bernuansa sampul merah putih itu, penulis menceritakan kiprahnya mendampingi Duta Besar Herman Prayitno, dalam memberikan layanan pendidikan kepada WNI/TKI di Semenanjung Malaysia dan Sabah-Sarawak.

Upaya yang berkesan adalah bagaimana memberikan akses bagi WNI/TKI untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pergurun tinggi yakni Universitas Terbuka (UT). Duta Besar dan Atase Pendidikan telah memfasilitasi berdirinya UT Pokjar Kota Kinabalu dan Tawau setelah sekian lama saya diskusikan bersama Drs. Suwandi Permana, M.Pd., yang saat itu menjadi LO Community Learning Center (CLC) di negeri Sabah.

Di Borneo, Atase Pendidikan dan Pembantu Rektor VI, Dr. Muhammad Yunus bekerja keras hingga dapat memberikan beasiswa terhadap 67 orang mahasiswa UT pertama di Sabah untuk menekuni bidang pendidikan guru sekolah dasar (PGSD).

Dengan meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru di perkebunan kepala sawit, sekaligus memperkuat eksistensi CLC tempat bersekolahnya ribuan anak-anak bangsa di pelosok-pelosok negeri di bawah bayu itu.

Dari keseluruhan isi buku tersebut, tergambar dengan jelas bahwa sang penulis dan sang duta besar sangat konsen terhadap pendidikan anak-anak Indonesia di Malaysia. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah. Amin ya Rabb.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun