Mohon tunggu...
TH
TH Mohon Tunggu... lainnya -

---

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebagai Rakyat, Saya Kecewa.

24 Februari 2012   09:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330075887129105266

[caption id="attachment_164851" align="aligncenter" width="450" caption="Sumber image: http://pahlawandevisa.org/page/2/"][/caption] Saya lihat kelakuan anggota dewan dan para pejabat kita kok lama-lama seperti opera sabun ya? Maksudnya Ora (tidak) peduli rakyat, dan asal bunyi. Sebagai rakyat, saya kecewa. Para pejabat dan anggota dewan kita itu kalau sudah kesetrum kasus, mereka mendadak amoniak, eh apa itu namanya kalau pelupa? Oh iya,  amnesia!. Lihat saja, mereka dengan entengnya dan tanpa malu berkata tidak, tidak tahu, tidak pernah, dan tidak ingat. Jangan-jangan kalau ditanyakan kepada mereka, "Apakah anda punya otak?" mereka akan menjawab, "Tidak, yang mulia". Tetapi kalau ditanyakan, "Apakah anda punya kemaluan?" tanpa pikir-pikir lagi, mereka akan menjawab, "Kalau itu, saya punya, Yang Mulia". Sebagai rakyat, saya kecewa. Lah piye, pejabat dan wakil rakyat sibuk mengamankan kursi sementara rakyat sibuk  membaca ayat kursi dimalam hari agar iman tetap kuat di tengah himpitan kemiskinan. Pejabat dan wakil rakyat sibuk meributkan urusan perut, mulai dari pemasukan sampai pengeluarannya. Maksud saya, mulai urusan makanan (termasuk snack) sampai urusan jamban. Lah sementara itu, rakyat kesulitan mencari makan. Tulang sudah dibontang-banting sedemikian rupa, tetap saja ndak bisa nabung. Buat makan saja pas-pasan kok. Minimal ya, cukup lah. Cukup sehari sekali. Sebagai rakyat, saya kecewa. Negara kita sebenarnya kaya dan luas, namun para pejabatnya ingin kaya dengan cara yang buas. Akibatnya? Walah, ndak perlu saya tuliskan lagi. Sudah banyak yang menulis dan memberitakannya. Tetapi ada satu hal yang ingin saya tulis disini. Yaitu soal babu alias batur alias pembantu atau istilah pinternya asisten rumah tangga. Jadi begini, negara ini kan kaya. Tetapi kekayaannya itu dikelola dan dipelihara untuk sebesar-besarnya kemakmuran pengusaha dan penguasa, bukan untuk rakyat. Eits! untuk rakyat sih. Tetapi hanya tertulis di UUD. Ingat, hanya tertulis. Halah! kok saya jadi muter-muter. Begini lho, apa ndak aneh, negara yang kaya raya ini kok rakyatnya malah menjadi batur di negara tetangga? Menurut saya aneh tetapi tidak aneh. Lho piye to? Aneh, karena negara kita yang kekayaannya sa'arat-arat ini malah membuat banyak rakyatnya sekarat. Sehingga untuk menyambung hidup, mereka rela meninggalkan keluarga dan tanah lahirnya untuk menjadi batur di negeri orang. Tidak aneh, karena meskipun kaya, nyatater.... ternyata... negeri ini belum mampu memberikan lapangan kerja yang mencukupi dan memenuhi bagi rakyatnya. Nah, yang lebih memprihatinkan, ketika banyak saudara kita yang telah rela menjadi batur di negeri orang itu mengalami pelecehan kemanusiaan, eeehh... lah kok para pejabat dan wakil rakyat kita malah sibuk  kerah (jawa: berantem). Belum lagi soal kesejahteraan batur di negeri sendiri. Masih banyak lho yang masih memperlakukan batur tidak berperikebaturan. Misalnya, dengan tidak memberi hari libur kepada mereka. Atau, dengan seenak udelnya mengata-ngatai sang batur. Bayangkan, udelnya (pusernya) saja bisa ngomel seenak-enaknya begitu, apalagi mulutnya! Apakah mereka lupa bahwa kejayaan bangsa ini juga terletak di pundak batur? Apa jadinya jika tidak ada batur? Kalau tidak ada batur maka tidak ada majikan! Semuanya jadi batur. Masak sendiri, nyuci sendiri, ngepel sendiri, nyetrika, njemur...semuanya dilakukan sendiri. Akibatnya? orang-orang pada sibuk di rumah. Tidak produktif. Nah, kalau sudah begitu, pertumbuhan ekonomi negara pasti akan terganggu. Tetapi ya itu... masih banyak yang belum memahami betapa strategisnya profesi batur alias pembantu ini sehingga masih banyak yang bertindak tak berperikebaturan. Nah, kalau kondisi ini tidak diperhatikan.... Sebagai batur, saya kecewa. wassalam. *Batur (jw: pembantu rumah tangga)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun