Mohon tunggu...
Theresia Puspitawati
Theresia Puspitawati Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, pecinta hidup sehat

Pengajar,dokter gigi,pecinta hidup sehat dan senang menimba dan berbagi ilmu ... hobi membaca, menjahit, pecinta fotografi tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bawa Kamera dan Laptop Ke Gunungkidul

21 Agustus 2013   10:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendapat 'jatah' ditempatkan sebagai dokter gigi PTT di sebuah puskesmas Gunungkidul, saya sempat 'awang-awangen' alias berat menjalani. Saat itu, di benak saya, Gunungkidul identik dengan wilayah yang senantiasa dilanda kekeringan karena sulit air dan transportasi yang sulit karena topografinya sedmikian rupa.

Minggu pertama menjalani, saya belum enjoy karena bayangan saya memang menjadi kenyataan. Namun ketika berganti bulan dan saya mulai terlibat posyandu atau puskesling, saya mulai menikmati! Betapa tidak, ternyata alam Gunungkidul begitu 'eksotik' dan menarik. Lokasi tempat saya bertugas, di Puskesmas Patuk II, adalah lokasi tertinggi di wilayah tersebut, sehingga setiap hari saya bisa menikmati pemandangan Yogyakarta dari atas. Di tempat yang sama, berdiri hampir semua stasiun pemancar televisi.

Sopir puskesmas yang piawai mengendarai ambulans, membuat saya memasrahkan 'hidup-hidup' pada dirinya, karena jalan yang kami tempuh nyaris seperti sungai kering di pegunungan! Saya yang biasanya ngeri, pelan tapi pasti, menikmati itu semua.

Saya sangat menikmati setiap detik hari-hari saya di Gunungkidul. Saya yang hobi menulis, merasa sayang untuk melewatkan semua itu. Apalagi ketika saya berhadapan dengan pasien yang mempunyai banyak cerita. Saya pun merekam semua itu dan menulisnya. Hasilnya, dua cerpen saya dimuat di Tabloid Nova dan cerita perjalanan saya dimuat di sebuah majalah wanita nasional.

Belakangan saya lebih antusias lagi menjalani hari-hari di Gunungkidul, mengapa? Staf puskesmas yang laki-laki usai bertugas sering mengajak saya berkeliling mengikuti hobi mereka, cari burung dari pasar ke pasar di Gunungkidul. Saat itu, saya sampai hapal nama-nama jenis burung! Perjalanan 'berburu burung' ini kadang diselingi ke pantai. Seperti kita ketahui, Gunungkidul kaya pantai yang masih perawan sehingga justru menarik dinikmati. Hasilnya, foto karya saya tentang "Anak-anak Pantai Ngrenehan" sempat dimuat di Kompas Edisi Minggu yang saat itu menyediakan rubrik fotografi. Foto jepretan saya yang lain, sempat masuk nominasi lomba foto yang diselenggarakan  sebuah majalah.

Bila teman-teman 'sejawat' berangkat kerja berbekal jas dokter, maka saya tampil beda. Bekal saya adalah laptop dan kamera. Teman-teman sering meledek, "Kamu itu mau melayani pasien atau melakukan reportase?"....ha...ha...ha... dua-duanya! Pekerjaan tetap saya tekuni dan hobipun jalan terus. Hasilnya : saya lebih hidup! Saya jalani tiga tahun PTT  dengan begitu manis...dan saya sempat berat meninggalkan Gunungkidul. Untunglah , walau saat itu ponsel berkamera belum ada, saya sudah mepunyai ide untuk merekam semua kisah dalam bentuk cerpen, foto dan persahabatan yang masih terjalin hingga kini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun