Mohon tunggu...
Thoyyib Hasonangan
Thoyyib Hasonangan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wordsmith | Mahasiswa IT

One day I will find the right words, and they will be simple.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kecoa dan Kupu-kupu: Refleksi Kemunafikan Manusia dalam Kehidupan

15 September 2023   06:51 Diperbarui: 15 September 2023   07:40 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di kegelapan malam, sang kecoa terjaga,
Takdirnya hina, dicemooh oleh banyak mata.
Dia diinjak, disumpahi, tapi tak peduli,
Menghadapi dunia dengan tegar, tanpa merengek.

Racun diciptakan untuk memusnahkannya, 
Namun sang kecoa takkan padam, ia tetap bersinar. 
Mereka tertawa saat ia lemah dan tak berdaya, 
Mereka jadi pahlawan saat ia tenggelam dalam duka.

Di balik sinar mentari, di kebun yang berbunga, 
Terbanglah si kupu-kupu, anggun dalam tariannya. 
Lagu yang merdu tiap sayapnya hembuskan, 
Kehadirannya seperti impian yang dinantikan.

Namun terkutuklah manusia yang membunuh keindahan itu,
Menghentikan lagu yang belum selesai, tak berkesudahan.
Munafik, mereka menghina sang kecoa yang berjuang,
Tapi tak sadar, mereka yang membunuh keindahan itu sendiri.

Dalam refleksi kemunafikan manusia, terlihatlah jelas,
Sang kecoa dan kupu-kupu, dua takdir yang berbeda.
Satu dihina, satu dihormati, tapi keduanya hidup,
Saling melengkapi dalam tarian alam yang indah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun