Pisang goreng di pagi yang gelisah,
Marah menggelayut, hujan belum reda.
Tunggu derasnya rintik yang tak kunjung datang,
Hati berdesir, resah menggelayut dalam angan.
Pagiku dicat dengan warna kesal,
Namun di dapur, sang ibu menyambut tawa.
Pisang terselip di genggaman tangannya,
Minyak panas menyambut dalam pelukan.
Ayahku tergesa, kesal terlambat bekerja,
Wajahnya merefleksikan hiruk-pikuk kehidupan.
Adikku tersenyum, tak perlu ke sekolah,
Hari ini adalah hari tanpa beban, tanpa kata.
Hujan masih enggan menghentak tanah,
Namun aroma pisang mengusir duka dalam hati.
Ibu datang dengan senyuman penuh cinta,
Pisang gorengnya mencairkan semua getir yang mengunci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H