Di desa kecil yang sunyi senyap,
Kulangkahkan kaki, langkah yang perlahan.
Di antara reruntuhan dan debu zaman,
Barang rongsokan berdiri sendirian.
Antik dan megah, dulu kau bersinar,
Dihormati manusia, hargamu tak ternilai.
Namun kini kau hanya tinggal kenangan,
Terlupakan oleh waktu, dalam sunyi yang tenang.
Aku berjalan mendekat, mengamatinya dengan lembut,
Siapakah pemilikmu, dan cerita apa yang kau bawakan?
Dalam rusaknya bentukmu, dalam keheningan malam,
Kau tetap memiliki kisah yang tak terucapkan.
Kau saksi bisu, zaman yang berlalu perlahan,
Ibu yang menangis, dalam duka yang mendalam.
Kau saksikan mesra, dua hati yang terikat,
Cinta yang berkembang, dalam sentuhan tak tertandingi.
Tawa anak kecil, gemuruh riang gembira,
Semua itu pernah kau lihat dan kau dengar.
Namun sekarang kau terlantar, tak berdaya,
Hanya berdiri sebagai saksi bisu, dalam sunyi sepi malam.
Barang antik yang dulu bernilai tinggi,
Kini kau hanyalah sisa masa silam yang lewat.
Kisah-kisahmu lenyap, seperti debu dalam angin,
Namun dalam hatiku, kau tetap hidup, dalam puisi ini.
Hingga waktu takkan terbendung lagi,
Kau tetaplah bagian dari sejarah yang berlalu.
Barang rongsokan, meski usiamu telah usai,
Kisahmu akan selalu dikenang, dalam kata-kata ini.