Ibu, namaku terselip di ujung lidahmu,
terus kau cari di sela-sela ingatan yang rapuh,
ada wajah-wajah yang melintas, tapi buram,
dan aku tahu, kau berusaha keras mengingat.
Di matamu ada lautan ragu,
kata-kata yang dulu mengalir kini tersekat,
seperti benang kusut yang tak lagi mudah terurai.
Namun, setiap tatapmu masih penuh cinta.
Tak perlu kau sebut namaku, Ibu,
karena dalam diam, aku tahu,
di hatimu, aku tetap ada,
seperti dulu, tanpa perlu kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H