Mohon tunggu...
Thoyib Abdullah
Thoyib Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - Ecommerce - Freelance Writer and Teacher - Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Inggris

The deeper I see, the more I understand the feeling -------- Ecommerce Enthusiast, Freelance Writer and Teacher, Postgraduate Student of English Education, Pendamping Proses Produk Halal (Certified Halal Product Process Assistant)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cermin yang Kotor

30 Juli 2024   14:56 Diperbarui: 30 Juli 2024   14:58 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri diolah dengan Canva

Kesalahan adalah hal yang wajar dalam hidup manusia. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita merespon kesalahan tersebut dengan bertaubat dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

Bayangkan sebuah cermin yang indah, memantulkan cahaya dengan sempurna, memberikan gambaran jelas tentang siapa diri kita (Who we are! How we are!). Namun, seiring berjalannya waktu, debu dan kotoran mulai menutupi permukaannya. Semakin lama, pantulannya semakin buram, dan kita tidak lagi bisa melihat bayangan kita dengan jelas. Cermin itu ibarat hati kita yang awalnya bersih dan jernih, namun bisa ternoda oleh dosa dan kesalahan yang kita lakukan.

Ketika cermin itu kotor, kita mungkin merasa frustrasi karena tidak bisa melihat diri kita dengan jelas. Begitu pula, ketika hati kita ternoda oleh dosa, kita mungkin merasa jauh dari Allah, dan hidup kita terasa penuh dengan kebingungan dan kegalauan. Namun, sama seperti cermin yang bisa dibersihkan hingga kembali berkilau, hati kita juga bisa dibersihkan melalui taubat yang tulus.

Taubat adalah proses membersihkan hati kita dari noda dosa. Dalam Al-Quran, Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222).

Membersihkan cermin hati kita melalui taubat bukan hanya membuat kita kembali melihat diri kita dengan jelas, tetapi juga membuat kita lebih dekat kepada Allah. Setiap tetesan air mata penyesalan, setiap doa yang tulus, dan setiap langkah untuk memperbaiki diri adalah upaya untuk mengembalikan kejernihan hati kita. Seperti cermin yang kembali berkilau setelah dibersihkan, hati kita akan kembali bersinar dengan cahaya iman.

Jadi, jangan biarkan hati kita tetap kotor. Setiap kali kita merasa jauh dari Allah, setiap kali kita merasa hati kita penuh dengan noda dosa, ingatlah bahwa Allah selalu membuka pintu taubat. Bersihkan hati kita, kembalikan kejernihan iman kita, dan biarkan cahaya-Nya memantul dengan indah dalam setiap aspek kehidupan kita. Taubat adalah cermin yang mengingatkan kita bahwa selalu ada kesempatan untuk kembali bersih dan dekat dengan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun