Di tengah rimba yang lebat, tempat Rimbo Bujang
Rindu memeluk erat, nostalgia yang terlalu dalam
Rumah nan sederhana, di tepi sungai yang jernih
Kenangan mengalun seperti melodi yang tak pernah pudar
Dedaunan hijau membelai, angin berbisik peluk mesra
Sungai Batang Hari bersaksi, kisah-kisah masa lalu
Di sana, rumahku berdiri megah, atapnya menari dengan angin
Bersama cahaya mentari, mencerahkan hari-hari yang sepi
Rindu memanggil, seakan panggilan dari kampung halaman
Jejak kaki di tanah merah, menggema di antara pepohonan
Suara burung-burung rimba, merdu di telinga yang merindu
Rimbo Bujang, engkau tetap terpatri, tak terlupakan
Jerit malam, diiringi suara katak dan serangga malam
Menyatu dalam harmoni alam, menciptakan syahdu
Rindu rumah, panggilan yang terus menghiasi mimpi
Bermimpi pulang, berada di sana, di tengah Rimbo Bujang
Dalam setiap kerinduan, kau tetap hadir dalam hati
Rimba yang penuh misteri, sebagai saksi bisu perjalanan
Rindu rumah, seperti nyanyian lembut yang terus membelai
Di Rimbo Bujang, kau akan selalu menjadi bagian dari jiwa
Meski jarak memisahkan, namun rindu tak terbatas
Di bawah langit biru Rimbo Bujang, doa terucap bersyukur
Rumah nan damai, dalam pelukan alam yang asri
Rindu rumah di Rimbo Bujang, abadi dalam kenangan yang merindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H